Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Senin, 03 Maret 2014

Obrolan Orang Awam Tentang Caleg, di Warung Pinggir Jalan . Seperti biasanya, jikalau selepas shalat ashar saya menuju ke Warung kaki limanya di kampung. Kebetulan warung itu berdekatan dengan masjid yang ada di depan rumah saya. Keadaan warung selalu ramai, alasannya di sampingnya terdapat bengkel las Kang Saman yang selalu banyak order. Yang berkumpul di situ biasanya kebanyakan ibu-ibu muda dan cowok serta pendatang (sopir) yang sedang menunggu mobilnya kelar dilas. Di sinilah ibu-ibu muda dan kadang kala Bapak-Bapak berkumpul menghabiskan waktu hingga datangnya waktu maghrib. Akh, menyerupai orang bahagia saja, tanpa aktivitas yang lebih urgen, mereka termasuk saya, malah kongkow-kongkow, ngobrol naglor ngidul tanpa tema yang jelas, silih berganti. 

Karena letak warung di pinggir jalan raya, maka tidak heran apabila kami melihat pepohonan dan pagar rumah dihiasi oleh gambar-gambar dengan temperamen yang familiar. Maklum, sebentar lagi kita akan melakukan pesta demokrasi yakni Pemilu 2014. Mereka yang gambarnya menghiasi sisi jalan raya yaitu para caleg dari tingkat kabupaten, propinsi dan sentra (DPR RI).
Kata awam yang saya tulis di atas maksud saya bukan berarti mereka sama sekali tidak mengerti apa-apa. Mereka ternyata sekali-sekali suka melihat gosip di TV, jikalau internet tampaknya mustahil. Buktinya, saat ada di antara mereka yang nyeletuk membicarakan ihwal salah satu caleg yang wajahnya tampan, mereka sambung-menyambung saling menimpali. Ujung-ujungnya pembicaraan mereka bermuara pada keinginan mendapatkan amplop dari caleg yang berperang di dapil 3 (Cikeusal, Petir, Baros, Tunjung Teja, Pamarayan dan Bandung). Ungkapan klise yang masih tetap sah muncul dari mereka. Mereka hanya akan menentukan caleg yang memberinya uang walaupun besarnya tak seberapa. Alasan mereka juga klise, alasannya para caleg apabila sudah duduk menjadi anggota dewan, lupa kepada kita yang memilihnya.
Ketika salah satu dari mereka ada yang mengamati gambar Jayeng Rana Caleg Propinsi Banten, orang ini menyampaikan bahwa yang itu “jangan dipilih lagi” alasannya sudah masuk TV mendapatkan kendaraan beroda empat dari Wawan. Di sinilah ada kesempatan bagi saya untuk nimbrung secara serius sambil meluruskan apa yang dikatakan orang tadi. Nama Jayeng Rana memang terdengar menyerupai dengan Aeng Haerudin, sama-sama ada “eng”nya. Rupanya orang tadi lupa, maksudnya yaitu Aeng Haerudin Ketua DPRD Propinsi Banten yang mendapatkan gratifikasi dari Atut dan Wawan, yang sering disebut-sebut di TV. Jayeng Rana juga sama mendapatkan gratifikasi namun jarang disebut-sebut di TV maupun internet.
Ungkapan “jangan dipilih lagi” berdasarkan saya yaitu satu ungkapan yang menggembirakan. Berarti, mereka sudah mengerti apa yang sedang ramai dibicarakan di media TV. Ini modal buat saya untuk lebih mempertegas pendirian mereka. Saya katakan, bukan hanya Aeng Haerudin dan Jayeng Rana yang jangan dipilih lagi. Tapi semua Caleg Propinsi yang sekarang masih menjabat sebagai DPRD Banten jangan dipilih lagi, terutama caleg dari keluarga Atut. Ketika ada yang menyampaikan ia tidak mengenal satu persatu dari Caleg-Caleg Propinsi, saya katakan “kalau begitu jangan menentukan siapa pun untuk tingkat propinsi”. Hanya 5 nama pimpinan DPRD Banten yang sempat saya sebutkan : Aeng Haerudin, Jayeng Rana, Eli Mulyadi, EI Nurul Khotimah dan Suparman, SH,. M.Si. Ingin rasanya saya membekali mereka dengan daftar nama-nama anggota Dewan yang sekarang bertengger di sana dan mencalonkan diri lagi. 
Terdengar ekstrim memang apa yang diungkapkan saya kepada mereka. Mengapa saya harus menyerupai itu? Karena rasanya tidak ada lagi cara untuk memasuki wilayah mereka biar mereka mengerti betul, apa itu menentukan wakil rakyat. Kalau kita anggap mereka tidak mengerti apa-apa, maka kita yang lebih mengerti akan menganggap mereka yaitu rakyat yang harus kita lindungi dari para penipu rakyat. Maka apabila kita yang mengerti masih menentukan mereka yang masih narsis, berdosalah rasanya kita. Saya mendambakan mereka yang disebut awam, biar awamnya sama dengan saya, biar mereka final menjadi orang yang menamakan diri wakil rakyat.
Benar-benar trauma. Wallahua’lam.

0 komentar:

Posting Komentar