Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Kamis, 27 Maret 2014

Monyet Besar Menumpang Truk . Pada suatu sore seorang ayah sedang santai di teras rumah iseng-iseng menguji IQ anaknya yang gres kelas lima SD. Sebelum mengajukan pertanyaan, sang ayah memperlihatkan dongeng dulu sebagai pengantar soal. “Simak baik-baik yah!” Kata sang ayah kepada anaknya. “Siap!” sang anak menjawab dengan semangat. “Pada suatu hari seorang pengusaha kayu mengirim kayu gelondongan sebanyak satu truk. Kayu tersebut dikirim dari wilayah lereng Gunung Karang ke Jakarta. Setelah masuk ke penimbangan, ternyata truk tersebut muatannya sudah maksimal, yaitu 8 ton. Artinya kalau truk tersebut ditambah beban lagi, walaupun hanya 2 kg, maka ban truk tersebut akan meledak.” Sang ayah menarik nafas.
Baru setengah perjalanan menuju Jakarta, tiba-tiba ada bunyi jatuh ke atas mobil. Supir dan kenek kaget. Kemudian truknya dilarang di pinggir jalan. Setelah diperiksa, ternyata ada seekor simpanse besar di atas truk, kira-kira beratnya 5 kg. Anehnya simpanse itu tidak mau turun. Dibawalah simpanse itu hingga ke daerah tujuan, bersama supir dan keneknya. Dan ban kendaraan beroda empat truk ternyata tidak meledak. “Nanti dulu yah, simpanse itu dari mana datangnya? Perjalanan antara Pandeglang Jakarta kan tidak ada hutan?” Tanya sang anak penasaran. “Zaman dulu perjalanan antara Pandeglang Jakarta masih melewati banyak hutan. Bahkan di Jakarta sendiri menyerupai Kampung Angke dan kampung Duri, dulunya hutan yang penuh dengan binatang, termasuk simpanse banyak di situ.” Sang ayah menambahkan klarifikasi pengetahuan sejarah. “Ooooh gitu yah!”
Ayah
:
“Coba jelaskan mengapa ban truk tersebut tidak meledak?”
Anak
:
“Kan muatannya engga ditambah!” (Asal menjawab alasannya yaitu belum sempat berpikir)
Ayah
:
“Sebelum menjawab, coba dipikirkan dulu!” (Sang ayah membimbing)
Anak
:
“Ooh… iya iya, iya… (Sang anak kegiarangan menyerupai telah tahu jawabannya)
Ayah
:
“Coba bagaimana jawabannya?” (Berharap balasan anaknya benar)
Anak
:
“Kayunya diturunkan sepro yah!” (Lagi-lagi balasan sang anak tidak mengarah)
Ayah
:
“Kan tadi dalam penjelasannya ga ada kayu yang diturunkan!”
Anak
:
“Kenapa yah, simpanse besar kan berat, mungkin ada 5 kg. Tapi ko, ban kendaraan beroda empat ga meledak? (Sang anak bertanya sendiri sambil memegang pelipisnya)
Ayah
:
“Bagaimana, susah yah? Kalau pertanyaan ini terjawab, ayah kasih hadiah!”
Ibu
:
“Ini kopinya yah! Kayanya ibu tahu jawabannya tuh!”
Anak
:
“Gimana mah?!?” (Sang anak penasaran)
Ayah
:
“Kalau dibantu, hadiahnya gimannna?”
Anak
:
“Emang ayah mau ngasih hadiah apa, kalau jawabannya benar?”
Ayah
:
“Bagaimana kalau sepeda baru, mau?”
Anak
:
“Mau, mau, mau…. Horeee saya bakal punya sepeda baru!”
Ayah
:
“Nanti dulu…. Jawabannya gimana?”
Anak
:
(Mendadak membisu memikirkan jawaban)
Anak
:
“Keneknya ketinggalan waktu istirahat di rumah makan.”
Ayah
:
“Kan tadi udah dikasih tahu semuanya ikut hingga di daerah tujuan, termasuk dengan monyetnya!”
Ayah
:
“Gimana……. mau nyerah?” (Sang ayah berusaha memberi motivasi)
Anak
:
“Supir dengan kenek muntah dua-duanya, kan kalau mintah bebannya berkurang tuh.” (Senang, alasannya yaitu menganggap jawbannya benar)
Ayah
:
“Supir dan kenek itu muntahnya kan habis makan waktu istirahat. Mereka makan tidak akan menghabiskan 2 kg kan? Kemudian muntah lagi, ya tetap segitu lah!”
Anak
:
(Bingung alasannya yaitu semua balasan ternyata salah)
Ayah
:
“Gimana… mau nyerah?”
Anak
:
“Nyerah lah ayah, tapi sepedanya?????”
Ayah
:
“Kalau nyerah, ya ga jadi!”
Anak
:
“Usul!” (Sambil mengacungkan tangan)
Ayah
:
“Usul apa!”
Anak
:
“Gimana kalau begini…. nyerah…. tapi…… sepeda tetap beli!”
Ayah
:
“Itu, maumu! Sebenarnya balasan pertanyaan itu gampang!”
Anak
:
“Gampang gimana” (Penasaran)
Ayah
:
“Ayah tanya nih, kira-kira dari Pandeglang hingga Tangerang saja, materi bakarnya habis berapa liter yah?”
Anak
:
“Habis lah kira-kira 20 liter! Emang apa hubungannya?” (Belum paham)
Ayah
:
“Truk itu materi bakarnya solar kan? Solar 20 liter itu berapa kilo yah?”
Anak
:
“16 kg yah!”
Ayah
:
“Naaaah….. itu tahu!”
Anak
:
“Ooo iiiiiiiiyaaaah….. solar habis 16 kg, ditambah simpanse 5 kg malah berkurang.” (Sang anak gres ingat hal itu telah diajarkan dalam pelajaran IPA yang disampaikan oleh pak Ben Lantip)
           
Sang ayah merasa bahagia telah memberikan pengetahuan kepada anaknya, sedangkan sang anak menyesal tidak jadi mendapat hadiah sepeda baru. Demikian teka-teki ini, supaya bermanfaat bagi para pembaca. Dan terima kasih Anda telah mengapresiasinya.
Sumber : Karya Aosin Suwadi di Kompasiana

0 komentar:

Posting Komentar