Di blogpost saya ahad lalu, saya sudah sedikit bercerita perihal 2-3 ahad belakangan ini saya sedang mencoba mengajarkan bahasa Inggris pada Bebe.
Talk show ini digelar di EF fx Sudirman 22 Februari lalu, dipandu oleh Donna Agnesia dan menghadirkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) dan Meta Fadjria, pengajar di EF Indonesia yang sudah berpengalaman menjadi guru bahasa Inggris anak selama 18 tahun.
Saya bagi jadi beberapa part ya! Baca hingga simpulan lantaran membukakan mata dan banyak fakta-fakta yang saya gres tahu perihal pentingkah mengajarkan lebih dari satu bahasa pada balita.
Yuk!
Bilingual dan speech delay
Iya ini sering banget jadi topik jikalau lagi ngomongin bilingual: bilingual sebabkan speech delay atau terlambat berbicara. Bahkan saya sendiri kemarin nulis gitu hahahaha deym. Maklum belum tau yaaa.
"Tapi ada anak temen gue bilingual dan beliau speech delay," sering dong denger kaya gitu?
Ya saya aja sering banget. Padahal berdasarkan psikolog Roslina Verauli (panggil saja mbak Vera) itu nggak ada hubungannya. Anak yang memang ada talenta speech delay, monolingual (satu bahasa) aja beliau niscaya gagal. Apalagi dua atau lebih. Nangkep nggak?
Intinya gini, misal ada anak yang berpotensi speech delay. Diajarin satu bahasa aja udah nggak bisa sebenernya. Dengan satu bahasa aja udah niscaya speech delay. Eh malah diajarin dua bahasa sekaligus. Begituloh gengs, jadi nggak ada hubungannya yaaa! Iyaaaa!
As concerns children, many worries and misconceptions are also widespread. The first is that bilingualism will delay language acquisition in young children. This was a popular myth in the first part of the last century, but there is no research evidence to that effect. Their rate of language acquisition is the same as that of their monolingual counterparts.-- Francois Grosjean, PhD
Dari umur berapa anak sebaiknya diajari beberapa bahasa?
Dari bayi!
Tau nggak sih jikalau tangisan bayi di setiap negara itu berbeda? Tangisan yaitu bahasa pre-verbal dan sudah menyesuaikan dengan bunyi dan bahasa orangtuanya. Kaprikornus nangis anak Indonesia sama anak Amerika gitu beda! Canggih ya!
Peak time *halah* anak dalam berguru berbahasa yaitu dari 0 hingga 6 tahun. Lewat 6 tahun, berguru bahasa gres tidak akan secepat saat usia di bawah 6 tahun.
Kenapa anak harus berguru lebih dari satu bahasa?
Kalau saya sih lantaran ngerasain sendiri orang yang bisa bahasa abnormal itu lebih punya banyak kesempatan dibanding orang yang hanya bisa satu bahasa. Minimal bisa jadi translator atau kerja di embassy negara yang bersangkutan lah.
- Sosiokultural: anak bilingual lebih handal dalam kesadaran metalinguistik (seperti mendeteksi kesalahan dalam grammar, memahami arti dan hukum dalam percakapan untuk berespon sopan/relevan/informatif). Memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.
- Personal: kemampuan bersaing dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik
Ya kan. Yang kepingan personal mungkin spesifik jikalau menguasai bahasa abnormal ya. Kalau bahasa kawasan apa bisa disamakan juga?
Here is also the fear that children raised bilingual will always mix their languages. In fact, they adapt to the situation they are in. When they interact in monolingual situations (e.g. with Grandma who doesn't speak their other language), they will respond monolingually; if they are with other bilinguals, then they may well code-switch. -- Francois Grosjean, PhDNah semakin dewasa, nanti juga semakin bisa memisahkan bahasa ini. Contohnya kita aja deh, jikalau ada yang nanya "how are you?" niscaya otomatis kita jawab pake bahasa Inggris. Atau ada yang nanya pakai bahasa Sunda gitu, kita otomatis jawab pake bahasa Sunda kan. Karena kita menguasai semua bahasa itu, jadi kita udah nggak kesulitan lagi switch ke bahasa lain, tergantung pada lawan bicara.
Bolehkah berguru bahasa abnormal lewat YouTube?
Atau ya lewat gadget/TV lah menyerupai film atau lainnya?
- Belajar diksi lewat nyanyian. Kaprikornus dikasihtahu, artinya apa.
- Kalau anak salah jangan dimarahi. Misal beliau salah jawab, tapi udah bener bahasa kedua, itu anggun lantaran artinya beliau mencoba.
Nyesel lantaran kaya dari nol lagi ngajarin Bebe ngomong bahasa Inggris. Nggak nyesel lantaran jikalau hingga Bebe speech delay, saya juga niscaya nyalahin diri sendiri kenapa bilingual segala. Iya meskipun nggak ada hubungannya, tapi kan paling praktis nyalahin diri sendiri huhu.
Awalnya beliau murka lho, lantaran merasa saya bicara sesuatu yang nggak beliau ngerti. Saya pakai metode dua bahasa, jadi saya sebut bahasa Indonesia kemudian bahasa Inggrisnya.
Kaprikornus ngomong apapun, ngomongnya dua kali "Xylo, lapar? Xylo, are you hungry?" atau "Nggak boleh gitu ya! No you can't do that ok!"
Sama ya baca buku sih. Buku-buku bahasa Inggris yang dulu dibacakan pakai bahasa Indonesia mengarang bebas, kini dibacakan bahasa Inggrisnya. Nonton juga masih kok, tapi agak nggak yakin beliau nangkep sih. Hahaha.
Minggu pertama beliau marah-marah. Minggu kedua mulai memperhatikan. Minggu ketiga udah blabbering! Dia udah ngeh beberapa kata meskipun ngomongnya masih malu. Warna dan hewan sederhana juga udah mulai hafal huhu maaf ya muji anak sendiri terus. #shamelessmom
Kalau JG kuat banget ngomong Inggris doang meski Bebe hah hoh. Saya nggak tega jadi aja masih campur. Tapi mulai blabbering aja udah bahagia. Ya kaya bayi aja kan pertama kali berguru ngomong juga blabbering dulu.
Kaprikornus misal kemarin, JG sama Bebe di ruang tamu terus JG bilang ke Bebe "kasih ibu dan bilang 'ibu this is for you'." Terus Bebe ke kamar dan beliau mengucapkan kata-kata entah apa "dbhzjsjsbsjznsk" HAHAHAHAHAHA. Mungkin di otaknya bener "this is for you" lol.
Rencananya nanti preschool nya gres akan bahasa Inggris atau nanti jikalau anaknya nggak mau preschool ya mungkin akan ke EF aja supaya suasananya nggak terlalu "sekolahan". Tapi long way to go hingga Bebe ke usia itu jadi kini masih akan diusahakan oleh saya dan JG dulu.
*
Kaprikornus ya begitulah. Semoga membantu ya. Ayo ajarkan anak bahasa kedua! Bahasa Korea juga boleh semoga bisa bantu ngobrol sama oppa. 😂
See you!
-ast-
Source for the Francois Grosjean, PhD quotes: http://www.francoisgrosjean.ch/bilingualism_is_not_en.html
Kids images:Designed by Freepik
0 komentar:
Posting Komentar