Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Sabtu, 22 Oktober 2016

Percakapan Singkatku Bersama Rano Karno . Sebulan yang kemudian saya mengikuti training (diklat) perihal pembelajaran berbasis ICT di Hotel Sol Elite Marbella Anyer Kabupaten Serang. Diklat diselenggarakan oleh LPMP Banten bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Banten, jadi otomatis diklat ini pun berkelas provinsi. Pesertanya dari seluruh guru kelas tinggi seprovinsi Banten. Bukan hanya guru, tetapi Kepala Sekolah SD juga ikut. Diklat dibuka oleh Gubernur provinsi Banten Rano Karno.

Pemateri/widyaiswara diklat tentu saja dari orang-orang LPMP Banten, yang tentu saja dari mereka secara bahan dan pengalaman bisa disebut expert. Oh, ya, ada satu orang dari pusat, dia dari Ditjen PMPTK Kemdiknas, lebih expert.
Peserta yang begitu banyaknya, ruangan aula hotel Marbella bisa menampungnya, bahkan masih ada sekian meter luasnya yang tak terisi penerima diklat. Dan hotel ini juga pantas disebut hotel bintang 5, alasannya ruangan aula yang luas dengan penerima yang begitu banyak, AC-nya tetap bikin tubuh menggigil, tidak menyerupai hotel-hotel lainnya yang pernah saya singgahi.
Ada perkataan widyaiswara yang masih terngiang-ngiang di pendengaran saya adalah, kalimat motivasi untuk para guru. Widyaiswara dari Ditjen itu berkata “Bapak Ibu guru, pekerjaan guru itu amat mulia, oleh lantaran itu guru semuanya insya Allah masuk surga”. Ruangan dipenuhi gelak tawa ketika ada seorang penerima nyeletuk: “Pak, Kepala Sekolah juga masuk nirwana kan?”. “Waduh, jikalau kepala sekolaaahh.....(sambil meraba jidat, pandangan agak ke atas) saya ragu deh, soalnya kini ada dana Bos”, katanya. Sontak balasan itu disambut dengan tawa terbahak-bahak dari peserta. Sepertinya tak satupun dari penerima yang tak ketawa, kecuali guru yang lola atau tak pernah menaruh shuudzon sedikitpun terhadap para kepala sekolah.
Jam dua belas tepat, penerima keluar untuk istirahat - isoma (istirahat, sholat dan makan). Istilah isoma yang gak universal inilah (peserta non Islam kan gak sholat) yang selalu ditunggu-tunggu oleh peserta, terutama perokok berat menyerupai saya. Baru nongol pintu keluar eksklusif nyulut rokok.
Acara isoma dimanfaatkan oleh kebanyakan penerima untuk jalan-jalan di luar pagar hotel Marbella. Tentu saja jalan-jalan dilakukan seberes makan dan sholat. Pagar yang membatasi area Marbella dan pantai ini setiap hari ramai dengan pedagang majemuk dagangan.  Jangan heran jikalau Anda direpotkan dengan pedagang belekan ikan Pe yang gede-gede itu, mereka ngedih gigih menawarkannya tak henti-hentinya.
Saya sebagai penerima yang gres kali itu mengenal Marbella, merasa ingin menelusuri setiap selokmek-selokmek Marbella dan pantainya. Oleh lantaran itu, saya mungkin termasuk penerima yang nampak paling katro dan ndeso, alasannya selain memandangi ombak air laut, juga sibuk memelototi yang ngambang di atasnya dengan hanya bertutupkan cangcut dan BH, siapa lagi jikalau bukan bule. Aduh, dilihat iman, tak dilihat eman. Akhirnya dinikmatin sajalah, toh saya menggunakan beling mata hitam.
Perjalananku menelusuri sisi pantai tak kusadari ternyata sudah jauh dari pintu masuk pantai tadi. Saya sudah hingga pada satu warung yang agak terpisah dari warung-warung yang lainnya. Agak sepi, hanya ada beberapa orang yang bertampang wibawa duduk jaraknya dari warung itu sepelemparan puntung rokok yang disentil. Kaget, bukan kepalang, ketika saya masuk ke warung tersebut hendak membeli kratingdeng, ada seseorang berkaca mata hitam menyerupai punya saya (warnanya aja, harganya punya saya cuma 4 ribu), duduk santai dan itu ternyata Rano Karno. Iyya, Rano Karno gubernur Banten !. Hampir tidak masuk nalar Rano yang gubernur nongkrong di warung pantai yang ndilalah kondisinya semrawut itu.  
“Eh, Bapak, nyantai Pak?” Tanya saya memberanikan diri menyapa sambil menyalami tanpa cium tangan. Maaf, saya tidak biasa mencium tangan pejabat, jikalau mau hormat, cukup dengan perilaku merendahkan tubuh sambil senyum kerendahan hati saja. Berbeda dengan salaman dengan Kyai atau ustadz, saya juga suka mencium tangannya lantaran tujuan tabaruk dan memuliakan lantaran ilmunya. Itu pun masih pilih-pilih, jikalau ustadznya masih muda dan kelihatannya masih napsu curi-curi pandang bokong wanita bahenol, jangan harap saya mau mencium tangannya.
Pemirsa, bahwasanya saya kagok rasanya harus menggunakan sapaan apa kepada gubernur Banten itu. Di mataku, Rano masih serasa artis sinetron si doel anak sekolahan kaya dulu. Kayaknya lebih pas jikalau saya tetap memanggil Bang Rano. Tapi ya, masa begitu ya, blio kan kini gubernur.
“Oh, ya nih, sambil ngobrol-ngobrol ni, sama ibu warung ini. Dengan bapak siapa?” “Saya Johari Pak, penerima diklat dari Curug Kota Serang”. “Oh, silahkan duduk !”
Selanjutnya berikut ini kurang lebih percakapan singkat saya dengan Bapak Rano Karno:
Saya : “Maaf, Pak, apa Bapak sedang blusukan?”
Rano : “Oh, bisa aja kamu, gak cuma memanfaatkan waktu aja ni, tanya-tanya Ibu ini kenapa berjualan di sini, begitu. Bapak kan tadi sesudah membuka program gak eksklusif pulang, ngajak teman-teman itu ke sini. Bapak ngajar di mana?”
Rupanya 4 orang yang di belakang dan samping warung itu ialah pengawal belio. Pemirsa, untung saya tadi menyapanya dengan sapaan Bapak. Ternyata Rano juga sudah terbiasa membapakan orang-orang yang dianggap anak buahnya. Persis kaya guru SD jikalau sudah jadi kepala sekolah rupanya anti menyebut diri “saya” ketika ngobrol dengan anak buahnya walaupun anak buahnya itu usianya di atas dia. “Ibu mau rapat dulu ya” atau “Bapak mau rapat dulu ya”. Begitu biasanya para kepala sekolah kepada bawahannya.
Saya : “Di SD Tinggar 2 Pak, Kecamatan Curug Kota Serang”
Rano : “Bagaimana tadi, apakah sudah pada bahan pembelajara ICT? Ikuti dengan baik ya, cuma dua hari ini !”
Saya : “Insya Allah, Pak, saya juga suka kok dengan ICT”
Rano : “Penting ya, guru wajib bisa computer jangan TBC dan mengenal internet tuh. Apalagi sebentar lagi akan diterapkan moda daring untuk guru-guru terkait follow up hasil UKG.
Saya : “Betul, Pak, saya setuju”.
Tiba-tiba saya kebelet pengen berak, eh, pengen mengalihkan topik pembicaraan yang sedikit rada amis pulitik. Saya hasilnya memberanikan diri, biarin pikirku sok akrab. Dan memang saya terbawa arus keakraban Bang Rano (tuh, kan enakan pake Bang..). Seolah tak ada jurang pemisah, tak ada bedanya antara saya dan Mukidi.
Saya : “Maaf, Pak, bagaimana rencana Bapak tahun 2017 mendatang. Apakah Bapak masih siap memimpin Banten?” Jieleehh...gayanya pertanyaanku, kaya jurnalis aja.
Rano : “Insya Allah, jikalau rakyat Banten masih mempercayai saya. Di kalangan Bapak sendiri guru-guru bagaimana masih siap dipimpin saya?”
Kelenger aku, ora selampak, pertanyaan Pak Gubernur sungguh mojokaken. Seandainya kami guru sudah gak mendukung, siapa yang berani togmol jawab tidak. Apalagi cecindul model saya. Lha saya itu orangnya paling gak bisaan jikalau nyekak di hadapan yang bersangkutan, wong cewek buruk aja saya bilang bagus jikalau ada temen mosting foto di fesbuk.
Saya : “Oh, terang Pak, kami masih mendukung. Asal Bapak jangan mengikuti yang sudah-sudah ya, Pak. Heheheh...”
Rano : “Maksudnya?. Korupsi?”
Saya : “Bukan, Pak, masuk KPK maksud saya”
Rano : “Oh, ya, sama aja itu. Dijamin saya tidak akan melaksanakan itu. Oleh lantaran itu saya tidak akan mengambil wakil dari kalangan dinasti. Bukan artinya saya takut dia korupsi, tapi saya membaca bahwa rakyat Banten ini sudah kehilangan kepercayaan terhadap keluarga itu. Tentu saja hal itu akan sangat merugikan saya. Dan, ingat, saya ini masih ingat sosok si Doel Anak Sekolahan yang saya perankan dulu. Saya ingin menerapkannya dalam dunia nyata, baik sebagai pejabat maupun jadi rakyat biasa”.
Saya : “Aduh, Pak, jikalau ngomong-ngomong si Doel Anak Sekolahan, saya ingat jaman dulu. Saya gak pernah ketinggalan nonton sinetron itu Pak. Sepertinya si Doel itu menjadi idola semua penontonnya. Saking senenngnya sinetron itu, saya mau saja nganterin accu tv tetangga di bawa ke tukang setrum. Maklum Pak, waktu itu di kampung saya belum ada listrik. Oh, ya Pak, ngomong-ngomong kini mereka di mana Pak?”
Rano : “Mereka siapa, Pak?”
Saya : “Oh, maksud saya temen-temen Bapak di sinetron itu, Pak. Sarah, Zaenab, Hans, Roy, Sabeni, Atun, Karyo, Mandra, Rohim, Bendot, William dan Engkong Ali”.
Rano : “Ooh.....itu kami namainya sebagai keluarga Doel. Mereka sebagian besar masih ada, ada beberapa yang sudah meninggal”.
Saya : “Teru....(sebelum hingga pada abjad S, klepak !!, terasa kaki saya ada yang mukul). Saya sangat terkejut dan eksklusif membaca: Alhamdulillahiladzi ahyana ba’da ma amattana wailaihinnusuur. Rupanya saya tadi itu mimpi, dan istri membangunkan saya lantaran belum dewasa perlu uang jajan dan ongkos sekolah.

Jumat, 21 Oktober 2016

YANG UNIK DARI PILKADA BANTEN 2017. Semua rakyat Banten tahu, bahkan mungkin seluruh rakyat Indonesia, bahwa Rano Karno yang dulu dikenal hingga Arab itu sebagai Si Doel Anak Sekolahan, menjadi wakil gubernur Banten kemudian naik menjadi gubernur Banten lantaran sang gubernur Ratu Atut Chosiyah dicokok KPK lantaran kasus suap di Pilkada kabupaten Lebak. Yang disuap ialah Ketua MK Akhil Mochtar. Kasus Atut akhirny menjalar ke banyak sekali kasus lainnya, korupsi dan TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang).
Dalam perjalanannya, gubernur Banten Ratu Atut dikala itu, dicurigai sebagian besar rakyat Banten. Pasalnya, ia berkuasa di bawah bayang-bayang kepentingan keluarga yang koruptif. Bahkan gosip yang beredar, semua pejabat pemprov Banten yang atur ialah Wawan si adik kandung gubernur. Semua proyek dan tender harus keluarga gubernur yang menang. Lantas APBD diatur sedemikian rupa melalui gratifikasi orang-orang Banggar di DPRD Banten. Lalu apakah rakyat Banten cuma shuudzon belaka? Ternyata tidak. Terbukti, Wawan ditangkap dan menyusul berikutnya ialah gubernur. Sampai artikel ini ditulis, mereka masih berada di kamar prodeo untuk mempertanggungjawabkan lampah lakunya selama 7 tahun khusus untuk kasus Pilkada Lebak. Hukuman pelengkap untuk kasus korupsi dan TPPU, entahlah terkesan terlupakan oleh semua orang.


Roda berputar, wakil gubernur Rano Karno naik menjadi gubernur Banten tanpa wakil. Kini sudah heboh di seantero Indonesia akan diselenggarakan pilkada serentak di beberapa tempat termasuk Banten. Petahana Rano Karno mencalonkan diri menjadi cagub Banten diusung oleh PDIP, PPP dan Nasdem. Sementara dari luar bulat kekuasaan kini, yang berdagang diri untuk nyalon atau dilamar calon besar lengan berkuasa sungguhlah banyak. Baleho gambar balon terpampang di mana-mana, termasuk Andika Hazrumy dan Haerul Jaman. Andika Hazrumy ialah anak kandung Atut (berarti keponakan Haerul Jaman) dan Haerul Jaman ialah adik tiri Atut yang kini menjabat sebagai Walikota Serang. Rontok sudahlah mereka yang fotonya eksis di mana-mana itu, sesudah tahapan pilkada mendekati masanya. Calon besar lengan berkuasa yang bakal melenggang bertarung di arena pilkada ialah Wahidin Halim dan Rano Karno. Wahidin Halim positif menggandeng Andika Hazrumy sebagai wakilnya (WH - Andika) dan Rano Karno menggapit H. Embay Mulya Syarif.
Padahal jauh sebelumnya, Walikota Serang Haerul Jaman, sudah mengadakan pendekatan kepada pihak Rano untuk menjadi wakilnya. Dengan sangat percaya diri, Jaman pun menyebar baliho dan foto di seluruh wilayah Banten. Namun apa boleh bikin, Rano tidak merekrut Jaman malah milih H. Embay sebagai wakilnya. Ah, dasar politik, bodo amat dengan orang lain yang dianggap kurang menguntungkan dirinya (partai).
Lalu apa yang dianggap kurang menguntungkan dari Jaman berdasarkan kubu Rano?
Begini. Sebenarnya masyarakat Banten yang berpendidikan sudah jengah dengan pemimpin yang korupsinya luar biasa itu. Pemimpin Banten dengan nuansa jawaranya yang amat kental ialah sudah medapat banyak cap negatif dari masyarakat yang menyadari akan hal tersebut. Kecuali mereka yang merasa diuntungkan dengan situasi tersebut. Tentakel namanya. Mereka tidak peduli dengan halal dan haram yang penting jabatan aman, banyak duit dan hidup terhormat di tengah-tengah masyarakat. Mereka juga ikut korupsi. Dan, Wawanlah alat pengeruk APBD Provinsi Banten. Ingat, membisu bukan berarti tidak tahu. Rakyat Banten ini sebetulnya tahu, tapi dibentuk tidak berdaya. Tapi adakah rakyat normal yang mendoakan pemimpinnya hidup mujur terus walaupun korupsi? Singkatnya tulus begitu? Tuolol kalau ada ! Yang ada hakul yakin ialah mendoakan semoga pemimpinnya jujur bebas dari laris lampah koruptif. Jikapun terus korupsi sehingga rakyat cape pikir, ya, yang ada rakyat mendoakan semoga aturan bertindak tegas terhadap pemimpinnya. Doa rakyat Banten saya rasa dikabul Tuhan, dengan ditangkapnya Wawan dan Atut.
Nah, bagi rakyat Banten dengan kondisi Banten yang terus membangun namun sambil digerogoti sebagian itu, bukan tidak tahu. Bahkan orang luar provinsi Banten pun sudah banyak tahu kondisi Banten menyerupai itu.
Peristiwa ditangkapnya gubernur Banten dan Wawan lantaran kasus korupsi ini, sontak menerima reaksi suka cita dari rakyat Banten terutama kalangan yang berpendidikan dan masih punya secuil idealisme. Duh, ironis, pemimpinnya ditangkap KPK malah bangga bukannya sedih. Tapi perilaku antagonis rakyat Banten itu terbilang masuk akal kan, lantaran mereka merasa telah terbebas dari kungkungan tirani yang selalu menghambat lajukembangnya kesejahteraan mereka. Sudah barang tentu suasana kebatinan rakyat Banten itu gampang terbaca oleh siapa pun (baca: partai).
Semua orang yang anti dinasti selanjutnya mengatakan: jangan pilih calon pemimpin yang masih ada bau-bau dinasti. Bahkan kaukus dosen Banten sempat menciptakan petisi tolak dinasti dan viral di sosmed pada waktu itu. Silahkan baca BUTIR-BUTIR PETISI TERSEBUT DI SINI.
Itulah hubungannya Rano menentukan Embay ketimbang Jaman. Embay bukan sosok dari kalangan dinasti dan ndilalah blio mantan anggota pendiri Banten. Sedangkan Jaman ialah adik tiri mantan gubernur Banten Atut Chosiyah. Sebagai orang yang mengikuti perkembangan ambisi Pak Jaman dalam arena meraih kekuasaan ini, saya menduga Jaman sakit hati kepada Rano. Tapi juga kecewa terhadap Andika sang keponakan. Apa pasal? Karena Rano menolak blio menjadi pasangannya, dan Andika semenjak awal telah menyalip kehendak Jaman. Betulkah begitu, menyalip sungguhan? Atau hanya politik tingkat tinggi? Bodo amatlah.
Loooo...lantas apa yang unik? Ya, sebetulnya kalau Jaman gak jadi nyalon ya, gk ada yang unik. Manakala unik jikalau Jaman nyalon, lantaran akan berhadapan dengan Andika yang notabene keponakannya yang sama-sama masih kuren dinasti.
Sekarang bukan unik, tapi asing bin embuh temen artine. Yaitu Wahidin Halim, yang dulu anti dinasti dan seperti musuh bebuyutannya, malah kini menggandeng Andika. Bingung? Kalau saya sih, bingung, soalnya gak ngerti pulitik. Tapi kalau dipikir-pikir ternyata dalam politik itu tidak ada yang namanya benar, yang ada pembenaran. Jangan tanya artinya, saya sendiri gak ngerti. Pokoknya pulitik itu begitu aja ! Lho, kalau begitu kita rakyat pemilih boleh dong milih siapa pun dengan DP mie instan 2 bungkus? Ya, boleh aja kalau anak istrimu gak makan kalau gak terima DP itu. Asal kau tahu aja, Allah tidak meridoimu.
DP 2 bungkus mie instan, dengan impian dilunasi nanti dengan program-program abstrak itu akan mengubah nasib si calon manakala calon lain sama sekali tidak ngasih DP. Duh, nyesek banget dengan kondisi masyarakat menyerupai itu.
Yang jelas, tentu saja berdasarkan kaukuas dosen Banten, Petisi Bersih dari Korupsi dan Tolak Dinasti itu sekaranglah berlakunya.

Rabu, 12 Oktober 2016

Atheis: Siapa yang Menciptakan Allah? Ada seorang Atheis yang memasuki sebuah masjid, ia mengajukan 3 pertanyaan yang hanya boleh dijawab dengan akal. Artinya dihentikan dijawab dengan dalil, alasannya dalil itu hanya dipercaya oleh pengikutnya, kalau memakai dalil (naqli) maka justru diskusi ini tidak akan menghasilkan apa-apa.

Pertanyaan atheis itu adalah:
  1. Siapa yang membuat Allah? Bukankah semua yang ada di dunia ada alasannya ada penciptanya? Bagaimana mungkin Allah ada kalau tidak ada penciptanya?
  2. Bagaimana caranya insan bisa makan dan minum tanpa buang air? Bukankah itu akad Allah di syurga? Jangan pakai dalil, tapi pakai akal….
  3. Ini pertanyaan ketiga, kalau iblis itu terbuat dari api, kemudian bagaimana bisa Allah menyiksanya di dalam neraka? Bukankah neraka juga dari api?
Tidak ada satu pun jamaah yang bisa menjawab, kecuali seorang pemuda.
Pemuda itu menjawab satu per satu pertanyaan sang Atheis.
1. Apakah engkau tahu, dari angka berapakah angka 1 itu berasal? Sebagaimana angka 2 ialah 1+1 atau 4 ialah 2+2? Atheis itu diam membisu.
“Jika kau tahu bahwa 1 itu ialah bilangan tunggal. Dia bisa mencipta angka lain, tapi ia tidak tercipta dari angka apa pun, kemudian apa kesulitanmu memahami bahwa Allah itu Zat Maha Tunggal yang Maha mencipta tapi tidak bisa diciptakan?”
2. Saya ingin bertanya kepadamu, apakah kita saat dalam perut ibu kita semua makan? Apakah kita juga minum?.
Kalau memang kita makan dan minum, kemudian bagaimana kita buang air saat dalam perut ibu kita dulu?.
Jika anda dulu percaya bahwa kita dulu makan dan minum di perut ibu kita dan kita tidak buang air di dalamnya, kemudian apa kesulitanmu mempercayai bahwa di syurga kita akan makan dan minum juga tanpa buang air?
3. Pemuda itu menampar sang atheis dengan keras. Sampai sang atheis murka dan kesakitan. Sambil memegang pipinya, sang atheis-pun marah-marah kepada cowok itu, tapi cowok itu menjawab :
“Tanganku ini terlapisi kulit, tanganku ini dari tanah..dan pipi anda juga terbuat dari kulit dari tanah juga..lalu kalau keduanya dari kulit dan tanah, bagaimana anda bisa kesakitan saat aku tampar?.
Bukankah keduanya juga tercipta dari materi yang sama, sebagaimana Syetan dan Api neraka?.
Sang athies itu ketiga kalinya terdiam.
Sahabat, cowok tadi memperlihatkan pelajaran kepada kita bahwa tidak semua pertanyaan yang terkesan mencela/merendahkan agama kita harus kita hadapi dengan kekerasan. Dia menjawab pertanyaan sang atheis dengan cerdas dan bernas, sehingga sang atheis tidak bisa berkata-kata lagi atas pertanyaannya.
Itulah cowok yang Islami, cowok yang berbudi tinggi, berpengtahuan luas, berfikiran bebas tapi tidak liberal, tetap terbingkai cantik dalam indahnya aqidah.
Ada yang berkata bahwa cowok itu ialah Imam Abu Hanifah muda.
Sumber : santri.net

Senin, 10 Oktober 2016

Subhanallah, Mahmud Abas Kaprikornus Pengamen Demi Sang Buah Hati . Maaf pembaca yang budiman, Mahmud Abas artinya Mamah Muda Anak Baru Satu, jadi tidak merujuk pada seorang perjaka melainkan seorang ibu muda beranak satu. 

 
Pengamen Perempuan Bersuara Merdu
Saya rasanya nggak klop kalau browsingan nggak sambil buka facebook. Kaprikornus saya otomatis tiap buka internet niscaya buka facebook. Di sinilah saya 2 hari yang kemudian menemui postingan teman, perihal video seorang wanita muda sedang mengamen dengan bunyi yang luar biasa merdunya. Video itu hingga tuntas saya putar. Berkali-kali malah, sampai-sampai dua anakku dan satu keponakanku mendekati saya, mereka mungkin ingin tau berpikir saya sedang muter video siapa. Mereka juga saya biarkan berkali-kali muter ulang video itu. Mereka komentar : “Kok suaranya kayak artis beneran, kayak di kaset-kaset itu”. Anakku yang wanita bilang : “Ya Allah Pah, Ida suka duka lihat orang kayak gitu, ngamen sambil ngengklek-ngengklek anak kecil, ya Allah...kasihan lihat anaknya....!”
Ya, memang, merdu sekali suaranya. Perempuan itu nampaknya gres punya satu anak, atau entahlah, mungkin saja di rumahnya ada yang ditinggalkan dua lagi. Mungkin saja yang dibawa hanya yang paling kecil. Tujuannya mungkin : pertama lantaran tidak ada yang ngurus kalau ditinggalkan di rumah; kedua, mungkin sengaja dibawa sebagai alat penarik simpatik para penyaksinya. Tapi yang terang saya terlanjur menaruh rasa iba sekaligus kagum pada Mba itu. Demi menyambung hidup ia dan anaknya, rela membuang jauh-jauh rasa malu. Dia memanfaatkan bunyi merdunya yang diberikan Tuhan untuk mencari rizki, dengan pakaian yang sopan sebagai muslimah.
********
Sayang, identitas Mba Pengamen itu tidak dituliskan lengkap oleh si pengunggah video. Hanya ada goresan pena judul : pengamen bunyi merdu, dan ada sedikit aksesori komentar si mpunya status, namun tidak lengkap. Sepertinya pengamen wanita itu sedang mengamen di pasar (gang sebuah pasar). Sebenarnya mungkin video itu sudah usang terunggah dan viral di sosial media, buktinya sudah ratusan ribu yang memutar. Hanya sayanya aja yang gres melihat video itu. Tapi itu gak penting, yang penting bagaimana saya menyalurkan wangsit ini di blog. Karena semenjak melihat video itu, saya kok, keingetan terus pengen nulis di blog ini perihal video itu.
*********
Oh, ya, saya ini bergotong-royong masih gaptek pemirsa. Buktinya, saya gk bisa mengunduh video itu ke laptop saya. Terpaksa video itu saya rekam ulang dari facebook. Soalnya anjrritt...IDM saya sudah gk bisa konek kalau gk bayar. Duh, di situ kadang saya merasa sedih.
*********
Mari kita kembali ke leptop, eh, ke pengamen tadi. Mengapa sih, ia mengamen? Mengamen kan sama dengan mengemis dengan cara timbal balik. Menyanyi tanpa diminta oleh pendengar, kemudian minta duit, dan memang tidak maksa. Saya lebih sangat prihatin melihat pengamen kaya si Mba itu ketimbang belum dewasa kecil atau orang laki dewasa, bawa anak kecil lagi.
********
Apakah bagi ia mengamen yakni pilihan? Saya yakin, hakul yakin ya bukan. Mereka, apalagi si Mba itu, mengamen yakni keterpaksaan. Lalu mengapa terpaksa mengamen? Ya, tentu lantaran mereka ingin makan. dan faktor kemiskinanlah yang menyebabkan seseorang melaksanakan ngamen, walaupun tak semuanya benar.
Sebab berdasarkan dosen agama saya dulu, pernah cerita, bahwa blio pernah mengamati pengamen di kawasan Bandung. Mengikuti ke mana pengamen itu pulang. Ternyata pengamen yang ditemui di terminal itu berkumpul dengan teman-temannya di suatu tempat. Selanjutnya mereka membeli minuman keras dan minum bareng-bareng di situ. Nah, lho....Apakah pengamen model beginian tergolong cari sesuap nasi lantaran miskin? Jelas bukan ! Berarti bisa saja mereka pengamen jalanan yang berandalan. Dari semenjak itu, dosen saya itu tidak pernah lagi ngasih duit ke pengamen, katanya.
*********
Terlepas dari semua itu, kebanyakan orang menganggap adanya pengemis dan pengamen itu disebabkan lantaran kemiskinan. Bahkan ada yang menyampaikan bahwa salah satu permasalahan sosial yang ada di Indonesia yaitu semakin meningkatnya jumlah masyarakat miskin di negara ini. Hal ini sanggup dilihat dengan semakin banyaknya jumlah pengemis atau pengamen jalanan, terutama di ibukota Jakarta. Hualahh, masa sih banyaknya pengemis dan pengamen dijadikan indikator penarikan generalisasi kemiskinan negara? Mungkin salah satunya itu kali ya !
*********
Sesungguhnya yang menciptakan miris batin saya adalah: kegigihan si Ibu dan nasib si Anak. Ibu mana sih, yang tega anaknya nggak makan? Ibu mana sih, yang tega anaknya mati kelaparan? Kecuali ibu yang depresi, sampai-sampai anak kandung pun dimutilasi kemarin. Istri pulisi pula, masya Allah. Ada juga Ibu yang memukul kepala anaknya hingga mati, itu juga lantaran stress. Banyak pula ibu yang membunuh atau membuang anaknya yang gres dilahirkan, terang ini juga lantaran nggak siap menanggung aib lantaran perbuatan di luar nikah. Yang begitu-begitu itu semuanya dilakukan ibu yang absurd kejiwaannya, saya yakin. Ingat, tindakan Mba pengamen tadi yakni perilaku yang normal. Dia sedang berjuang demi sesuap nasi untuk perutnya dan perut anaknya dan mungkin masa depan anaknya (sambil menabung hasil ngamen). Tidak ada yang salah? Saya nggak berani menyampaikan ada. Saya cuma ingin bilang: betapa malangnya anak tersebut di waktu kecil. Anak kecil yang seharusnya tiap hari dielus-elus, dimanja-manja di rumah, dibelikan mainan dan diberi asupan yang bagus, malah diengklek-engklek jadi wadal kemiskinan orang tuanya. Padahal, anak yakni impian masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Maka dari itu, amat miris rasanya melihat belum dewasa yang hidup di bawah bayang-bayang kemiskinan seorang pengemis dan pengamen jalanan. Karena mereka (anak-anaknya) ikut berjuang melawan panas dan atau hambar dikala ada hujan, bahkan debu-debu jalanan.
Ya, memang kita semua mengerti, tanggapan keterbatasan dan ketertiadaan akses, maka insan memiliki keterbatasan pilihan untuk menyebarkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa ketika ini dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, karenanya potensi insan untuk menyebarkan hidupnya menjadi terhambat.
Namun saya tahu, semuanya juga tahu, kau juga tahu, ya kau juga ! Bahwa hati seorang Ibu tak akan berpikir terlalu jauh dengan kondisi yang sekarang. Seorang Ibu akan selalu berpikir kini makan apa, dan apa yang harus ia lakukan demi anaknya. Apa pun itu. Kaprikornus ajun rumah tangga di tetangga sebelah, itu masih terhormat. Yang lebih dari itu juga (hinanya) ia akan mau asalkan anaknya bisa makan atau bisa sekolah. Ibu yang milih bunuh diri lantaran kemiskian itu, bukan nggak kasihan sama anaknya, tapi lantaran ibu tersebut merasa kehormatannya jauh lebih berharga dari dihinakan orang. Tidak ada keyakinan dan tak besar lengan berkuasa mental. Ujung-ujungnya putus asa. Ingat, jangankan jiwa ibu-ibu, sekelas (Kapolsek Kebumen) saja bunuh diri ketika waktu limit bayar utang kepada anak buahnya tak kunjung berhasil. Itu lantaran malu. Tapi itu sebagian kecil saja bukan?
Kebanyakan seorang ibu yakni pejuang gigih dan kuat. Secara fisik memang lemah tapi jiwanya kuat. Karena ia selalu berusaha menguatkan diri dengan mindset yang dibentuknya. Seorang Ibu selalu berdo’a buat dirinya supaya dikuatkan oleh Allah SWT supaya bisa mengurus anak-anaknya dan suaminya bahkan Ibu dan Bapaknya. Termasuk si Mba Pengamen ini. Kuatkan jiwamu Mba, berjuanglah yang penting halal. Hidup bagaikan roda, kadang di atas, kadang di bawah. Kita ndak tahu diam-diam Allah di balik semua itu. Semoga Allah mengangkatmu menjadi seorang ibu yang mulia dan senang dunia akhirat, aamiin. Lihat videonya di bawah ini !




 Hahahahah.....mohon maaf pemirsa, ternyata videonya nggak bisa diupload. Sudahlah, ya, saya kasih URL nya aja nih, kalau gak bisa ngebuka juga, jamak ajalah login dulu ke facebook Agan ! Secawan Madu, inilah link-nya
SECAWAN MADU
Itulah campur sari pikiranku yang ingin saya sampaikan lewat blog ini. Semoga bermanfaat.

Jumat, 07 Oktober 2016

Berhenti Bercinta dengan Isteri atau Suami? Ini Akibatnya. Emang ada ya, suami istri dapat bosan melaksanakan bercinta? Saya sendiri kurang tahu pembaca, akan tetapi dengan aneka macam permasalahan yang melanda salah satu atau kedua-duanya pasangan, apa boleh bikin...hal itu dapat terjadi. Menurut sumber yang saya kutip di meredekadotcom, ada 7 hal yang akan Anda alami bila berhenti bercinta dengan pasangan Anda, ialah sebagai berikut.

  1. Bercinta dapat dikategorikan ke dalam olahraga kardio. Sehingga bercinta dapat membuatmu tetap sehat. Namun dikala kau berhenti bercinta, maka kesehatan jantung dan badan dapat terganggu. 
  2. Banyak penelitian yang menawarkan bahwa acara bercinta menciptakan orang lebih bersemangat. Kaprikornus dikala kau tidak bercinta dengan pasangan, dapat jadi kau kurang bersemangat. 
  3. Selain menciptakan semangat, bercinta dapat meningkatkan iktikad diri dan kualitas diri. Dengan tidak bercinta, kau akan merasa malas-malasan dan tidak percaya diri. 
  4. Boleh percaya atau tidak, mereka yang jarang bercinta akan gampang tersinggung lantaran mereka merasa tidak nyaman. 
  5. Kurangnya bercinta dapat menciptakan orang berisiko tinggi untuk terkena tak bisa tidur dan gampang gelisah. 
  6. Bercinta akan menciptakan seseorang merasa nyaman lantaran bercinta akan melepaskan hormon endorfin dalam badan yang dapat meningkatkan mood. Kaprikornus dapat dikatakan dikala kau jarang bercinta, kau berisiko tinggi untuk gampang stres dan depresi. 
  7. Banyak survei pula yang menawarkan bahwa pasangan yang jarang bercinta cenderung untuk sering bertengkar. Hal ini disebabkan lantaran dikala bercinta, badan akan melepaskan oksitosin yang membuatmu lebih intim dengan pasangan. Dan bila bercinta tak lagi dilakukan, hubunganmu dan pasangan akan lebih gampang menegang.
Bercinta memegang peranan penting dalam sebuah hubungan serta kesehatan tubuh. Oleh lantaran itu ketika Anda mulai merasa bosan atau enggan bercinta dengan pasangan lantaran tak ada gairah, maka dapat mencoba bermacam-macam gaya bercinta yang menyenangkan.****
Dikutip dari : merdeka.com.