Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Rabu, 23 April 2014

Pejuang-Pejuang di KPPS Pemilu 2014. Ide untuk menulis perihal bagaimana usaha Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) ini sudah muncul semenjak saya menyaksikan bahkan ikut membantu salah satu TPS yang bekerja hingga jam 03.00 (subuh). Ketika TPS-TPS yang lain semenjak jam 23.00 sudah sukses melaporkan segalanya ke PPS (Panitia Pemungutan Suara) tingkat Desa, TPS yang satu ini malah terpaksa harus molor hingga jam 03.00 karena adanya kekeliruan menghitung surat suara. Dari surat bunyi DPRD kabupaten hingga DPR RI semuanya dihitung ulang hingga tuntas. Tulisan ini lantas gres sempat diupdate sekarang, alasannya sudah 2 ahad lebih sesudah Pemilu, komputerku rusak.
Bekerja hingga larut malam bahkan hingga pagi, yang dilakukan oleh TPS tadi yaitu akhir dari adanya keteledoran mereka. Makara itu yaitu kesalahan mereka sendiri. Terpaksa mereka harus bekerja dua kali lipat waktu dengan kondisi fisik yang lesu, gerah, pikiran mumet dan mengantuk. Insentif mereka hanya 300.000. Seandainya diibaratkan bisnis borongan, maka mereka itu dikatakan merugi alias tetombok. Bagi TPS yang kelar sesudah waktu magrib, dengan gaji 300.000 rupiah itu terbilang lumayanlah. Lalu apakah hanya petugas KPPS saja yang dianggap rugi jikalau bekerja hingga subuh? Ternyata yang merasa rugi terlebih-lebih para saksi partai atau caleg. Sebab mereka juga harus ikut begadang mengawasi jalannya proses di TPS hingga pembuatan Berita Acara selesai. Padahal, mereka hanya mendapatkan gaji sebesar 100.000 rupiah, itu pun ada yang honornya masih digantung dan akan dibayar lunas apabila sudah laporan. Banyak para saksi yang mengaku menyesal jadi saksi. Salah seorang saksi dari PKS, Ririn mengaku lebih baik dagang daripada jadi saksi. Ririn, biasa berdagang di tempat-tempat keramaian mengakui biasa menerima laba sekitar 200.000 hingga sore. 

Ketua KPPS membuka dan menghitung Surat Suara bersama anggota
Baik Ketua KPPS, anggota KPPS, Linmas maupun para saksi, toh tidak ada yang lepas dari tanggung jawab. Mereka konsisten dan kesepakatan untuk bekerja hingga kelar dan benar. Mereka tetap nampak semangat walaupun matanya sudah sayu bagai lampu 5 watt. Mereka, baik TPS yang final hingga jam 23 malam maupun pagi, pada prinsipnya bekerja demi suksesnya mendokumentasikan aspirasi masyarakat yang disalurkan melalui surat bunyi untuk kemudian dilaporkan kepada PPS. 
Bekerja kolektif kolegial, Linmas pun ikut membantu demi cepatnya proses kerja. Di depan kertas Plano Bapak Jaenudin sudah menahan kantuk matanya bagai lampu 5 watt
Menjadi petugas KPPS dan mensukseskannya dengan penuh tanggung jawab, sanggup disebut pejuang penegak NKRI. Mengapa tidak? Karena mereka menjadi ujung tombak terbentuknya forum Negara hingga rangkaian pilpres. Terbentuknya forum Negara dan Presiden, maka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan tetap tegak sesuai kehendak rakyat. Ketika mereka (Petugas KPPS) bekerja, serumit apa pun dan hingga larut malam, tidak ada dari mereka yang berpikir materialistis. Rupanya mereka hanya berpikir bagaimana semoga TPS-nya termasuk TPS yang gemilang tanpa salah di sana-sini. Mereka tidak ada yang membanding-bandingkan penghasilan gaji dengan para anggota Dewan yang kelak akan duduk lezat di dingklik dewan perwakilan rakyat. Mungkin jikalau mereka berpikir materialistis, maka mereka tidak akan mau menjadi KPPS yang hanya dihonori Rp300.000 dibandingkan dengan anggota dewan yang rapat setengah hari saja uang rapatnya jutaan. Tidak mungkin anggota dewan yang kompeten dengan anggota yang hanya sanggup duduk ikut-ikutan, menerima insentif sebesar Rp500.000 bahkan hanya Rp300.000 sama dengan KPPS. Tidak mungkin bagi DPRD dan DPR bekerja hingga larut malam honornya Rp300.000, walaupun kerjanya sebagian hanya duduk ikut menyetujui apa yang dibahas bahkan tidur. 
Bapak Barno khusus menangani aneka macam form Berita Acara di TPS 6
Petugas KPPS juga tidak berpikir negative, mereka tidak berpikir bahwa apa yang sedang di-planokan di TPS yaitu angka-angka yang merujuk pada sosok wakil rakyat yang suatu ketika akan menjadi penghianat rakyat. 
Sebanyak 6 orang saksi masih setia menyaksikan jalannya penghitungan bunyi walaupun sudah larut malam. Kang Ririn menggunakan peci saksi dari PKS
Mereka yang menjadi KPPS yaitu rakyat kecil yang rata-rata pendidikannya minimal SLA. Dengan gaji Rp300.000 itu mereka tidak akan berkoar macam-macam walaupun terkadang tidak sesuai dengan darmanya untuk Negara. Salam damai, Merdeka !!
Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar