Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Minggu, 06 April 2014

Calon Wakil Rakyat Membeli Rakyat yang Diwakilinya . Pelaksanaan Pemilu 2014 untuk menentuka wakil-wakil rakyat yang bakal duduk di parlemen, sudah diambang pintu tepatnya 2 hari lagi. Pada waktunya nanti, Rabu, 9 April 2014, seluruh rakyat Indonesia akan berduyun-duyun melaksanakan pesta demokrasi di TPS masing-masing. Masih tepatkah hajatan ini disebut pesta demokrasi? Menurut saya ya, masih tepat. Karena kita menentukan wakil rakyat siapa pun orangnya, dilakukan di dalam bilik bunyi tanpa siapa pun tahu. Rakyat bebas dan diam-diam menentukan pilihannya. Tapi, betulkah mereka merasa bebas dan sebebas-bebasnya? Untuk yang satu ini justru saya ragu. Saya memandang bahwa rakyat bebas melaksanakan itu namun bebas yang terintimidasi. Maka hasilnya, kebebasan yang terbelenggu. 

Kita semua tahu bahwa para caleg sebelumnya berkampanye dengan money politic. Tidak ada bedanya dengan pilkades, di pileg pun ada serangan fajar. Amplop yang isinya uang alakadarnya inilah yang menciptakan rakyat terintimidasi. Karena kita tentunya paham juga bahwa sebagian besar masyarkat terutama di perkampungan, belum mengerti betul apa sih pemilu itu. Jika pun sedikit paham, mereka juga tetap tidak mengerti calon yang bagaimana yang harus dipilih. Akhirnya, dipilihlah calon yang membagi-bagikan uang.
Ironis sekali. Sejatinya para caleg itulah yang harus kita dukung secara budbahasa dan bila perlu materil. Masyarakat memilihnya alasannya yaitu bertujuan mewakilkan aspirasinya untuk dibawa di parlemen. Wajar apabila rakyat berambisi mendukung seseorang dengan bahan sekalipun. Lha ini, malah yang akan direpotkan yang membayar yang merepotkannya. Kenapa ini terjadi? Alasanya alasannya yaitu ini tentu sangat berkorelasi dengan tingkat kebodohan masyarakat Indonesia. Dan kebodohan rakyat bagi para caleg yaitu asset berharga. Untuk mendukungnya, sama sekali mereka tidak butuh orang berpendidikan tinggi. Yang penting rakyat mengerti cara nyoblosnya. Mengapa mereka tidak butuh orang pandai? Orang pintar dianggap orang yang tidak sanggup dipengaruhi. Orang pintar bisa dan pintar menilai layak atau tidaknya calon wakilnya di DPR/DPRD. Saya rasa bukanlah kemiskinan alasannya. Sebab saya sendiri masih miskin, tapi belum pernah menentukan alasannya yaitu diarahkan oleh uang yang menghina kedaulatan saya itu. Tapi bukan juga saya merasa diri pandai, tapi artinya saya sudah cukup mengerti dan kritis, heheh… Ups, kok, dikasih uang dibilang menghina bro? Bagi saya, caleg ngasih uang 20 ribu atau besarnya hingga 50 ribu yaitu penghinaan. Bagi saya, menentukan wakil rakyat yaitu hak privasi individu yang secara kritis harus dilihat track record dan kualitasnya. Maka saat caleg pendatang baru, yang belum mengerti apa-apa di bidang parlemen, serta di masyarakat pun tidak mempunyai bantuan dan efek apa-apa memberi saya uang segitu, yaitu menghina intelektualitas saya. Pengangguran lulusan Sekolah Menengan Atas nyaleg, di masyarakat belum punya efek apa-apa, kemampuan juga sangat diragukan, apakah salah kalau saya (rakyat) menganggapnya cuma mencari kerja? Saya sangat menghargai niat mereka, tapi yaitu hak saya kalau saya tidak yakin pada mereka, hehehe… Caleg yang demikian ini yang nanti jikalau terpilih hanya akan menjadi bulan-bulanan pemerinta kawasan yang korup. Tidak mungkin mereka bisa melawan kekuatan direktur yang mengajaknya kongkolingkong. Padahal seharusnya, merekalah yang muda-muda yang mestinya mempunyai integritas dan idealism tinggi. Sayangnya, tak ada satu dalam sepuluh. Setelah duduk bagi mereka yang penting sanggup honor gede, kemudahan hebat, gengsi status tinggi, dihargai semua orang, sampingan lancar. Perkara bikin undang-undang bisa atau tidak, itu urusan anggota yang lebih kompeten. Toh, bisa kopi paste dari draf-draf yang sudah ada, heheh….
Yang jelas… masyarakat awan pun sering bilang macam-macam: “pilih saja yang ngasih uang, kalau sudah jadi mah sombong, gak inget sama kita”, “dia kan digaji gede, jadi masuk akal dong ngasih kita uang” dan lain-lain.
Demikian coretan (ngawur?) kali ini, agar bermanfaat. Mari sukseskan pemilu besok untuk menentukan pemimpin kita yang amanah. Oleh alasannya yaitu itu, bersikaplah bijaksana untuk tidak golput. Semoga pemilu kali ini melahirkan wakil-wakil rakyat yang tidak melaratkan rakyat.
Wallahua’lam.

0 komentar:

Posting Komentar