Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Selasa, 20 November 2018

Bung Tomo Saja Dipenjara, Mau Kembali ke Orde Baru? Ogah !.Titiek Soeharto ingin membawa kembali bangsa Indonesia ke masa orde baru. Masa di mana Soeharto berkuasa. Alasannya lantaran pada masa itu Soeharto memperlihatkan kemudahan kepada masyarakat mendapat materi pokok yang murah. BBM yang murah. Serta swasembada pangan. Begitu kata Titiek.
Waktu itu saya masih SD. Iya BBM murah, tapi buat apa? Wong se-Desa Cipete desa kawasan tinggalku saja yang punya motor cuma Uwak dan Bapakku saja kok. Apalagi TV, se-Desa Cipete yang punya cuma Kang Sedok saja tukang tempe. Sekarang, siapa yang tidak punya tivi?


Dan Titiek pun membandingkan dengan masa sekarang. Uang lima puluh ribu rupiah sanggup apa? Ya, kalau dibandingkan dengan zaman Soeharto, uang lima puluh ribu rupiah itu sudah sangat besar sekali artinya. BBM ketika itu saja harganya di bawah seribu rupiah. Tetapi apakah Titiek juga sadar bahwa honor pegawai ketika itu juga murah?
Uang lima puluh ribu rupiah kini sudah cukup buat makan sehari, dengan anggota keluarga sebanyak 3 orang. Suami-istri dengan satu anak. Mungkin uang lima puluh ribu rupiah itu sudah ada lebihnya. Tapi lantaran yang mengucapkannya yaitu Titiek Soeharto, yang kebutuhannya di atas rata- rata, maka uang lima puluh ribu rupiah itu niscaya tidak cukup.
Pertanyaannya kini yaitu apakah kehidupan di masa orde gres itu seenak apa yang digambarkan oleh Titiek Soeharto? Bagi kroni Soeharto, pada masa itu memang enak. Karena bagi belum dewasa Soeharto sangat simpel memperoleh proyek. Semua akomodasi disediakan oleh negara. Dan tak ada yang berani protes. Berani protes atau kritik kebijakan Soeharto, nasibnya bakalan tidak jelas. Entah hilang atau sudah mendekam di penjara.
Tak pandang siapa pun. Apakah itu orang populer dan kuat (seperti Gus Dur) atau pun tidak, kalau berani mengkritik Soeharto, maka kau akan dituduh telah melaksanakan subversi. Tanpa ada pengadilan lagi, kau akan dimasukkan ke dalam penjara. Tanpa proses hukum. Tanpa ada pembelaan. Itulah yang terjadi pada masa orde baru.
Harga yang murah yaitu sebuah kamuflase dari Soeharto. Dengan memperlihatkan harga murah, rakyat diperlukan tidak melaksanakan protes kepada pemerintah. Unjuk rasa atau demo pada ketika itu yaitu barang haram. Jangankan demo, gres rencana saja sudah diciduk BIN. Dengan memperlihatkan harga murah, padahal disubsidi dari pemberian luar negeri. Utang-utang luar negeri ini lebih banyak dikorupsi daripada dipakai untuk kesejahteraan rakyat. Kaprikornus jangan heran kalau Soeharto dinobatkan sebagai Presiden Terkorup.
Jangankan orang awam, seorang pendekar menyerupai Bung Tomo saja pernah dipenjara oleh Soeharto. Hanya lantaran Bung Tomo memprotes pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diinisiasi oleh Bu Tien. Saat itu untuk membangun TMII Bu Tien menginstruksikan kepada setiap pengusaha untuk menyisihkan laba perusahaannya sebanyak 10 persen diberikan kepada proyek pembangunan TMII ini.
Siapa yang tidak kenal Bung Tomo? Seorang pendekar yang gagah perkasa mengusir Belanda di Surabaya? Peristiwa tersebut lalu dikenang sebagai hari Pahlawan, setiap tanggal 10 November. Seorang pendekar pun tak lepas dari kekuatan tangan Soeharto. Seorang pendekar yang seharusnya dihormati alasannya yaitu sudah memperjuangkan dan mempertahankan kemerderkaan Indonesia, malah dijebloskan ke penjara oleh Soeharto.
Bung Tomo yang cinta air itu mengkritik rencana Bu Tien membangun TMII dengan memanfaatkan pengusaha dan memaksa mereka semoga memperlihatkan laba mereka sebanyak 10 persen untuk pembangunan TMII yang lalu dikelola oleh yayasan Ibu Tien. Bung Tomo melaksanakan kritik di setiap pidatonya.
Pada 11 April 1978, Bung Tomo pun ditangkap dengan tuduhan melaksanakan tindakan subversif. Ia dikerangkeng tanpa proses pengadilan di Penjara Nirbaya, Pondok Gede. Turut mendekam dalam jeruji di sana, pakar aturan tata negara Ismail Sunny yang juga dikenal kritis terhadap Orde Baru.
"Bu Tien dan Pak Soeharto tampaknya tersinggung dan menangkap Bung Tomo," kata Sulistina, istri Bung Tomo.
Gara-gara TMII, Bung Tomo harus mendekam di dalam tahanan selama satu tahun, dari 1978-1979. Sulistina tentu saja tidak terima sang suami diperlakukan secara tidak adil oleh rezim Soeharto. Perempuan yang pada ketika perang kemerdekaan itu ikut aktif dalam Palang Merah Indonesia (PMI) itu murka dan mengirim surat protes kepada Soeharto. Dalam surat yang ditulis pada 6 Juli 1978 itu Sulistina menulis, orang yang sudah mempertaruhkan jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan negaranya mustahil mengkhianati bangsanya sendiri.
Coba bayangkan, seorang pendekar kemerdekaan saja dengan tidak berperikemanusiaan dipenjarakan oleh Soeharto hanya lantaran Soeharto tersinggung oleh kritikan Bung Tomo. Apalagi kita sebagai rakyat biasa? Hari ini kritik, mungkin besok sudah hilang dan tak pernah kembali lagi. Kalau sudah begitu apa masih mau kembali ke zaman orde baru? Masih mau kembali ke masa Soeharto memimpin? Kalau saya sih, ogah!!!

0 komentar:

Posting Komentar