Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Selasa, 16 Desember 2014

Perbuatan Tangan-Tangan Tak Bertanggung Jawab .  Tadi siang dalam perjalanan pulang, saya melihat sisi-sisi jalan protokol atau kerap disebut jalan KP3B (Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten) penuh dengan sampah cangkang kelapa atau kulit kelapa yang menumpuk di sepanjang jalan tersebut. Saya tidak paham, entah siapa yang membuangnya di situ, sebuah jalan yang cukup lebar di depan daerah sentra perkantoran pemerintahan Provinsi, yang semestinya higienis dan rapi serba yummy dipandang mata pelintas jalan.
Pemandangan yang kumuh itu menciptakan hati saya berpikir, bagaimana dapat orang membuang sampah sembarangan di lokasi tersebut? Apakah tidak ada yang melarang sama sekali? Dan kenapa pula dibiarkan berlarut-larut tanpa tersentuh sedikit pun oleh pihak pemerintah atau dinas berwenang? Ironis rasanya, kondisi pemandangan di sentra pemerintahan provinsi ibarat itu. Sangat kontras jikalau dibandingkan dengan jikalau jalan-jalan ke daerah puncak atau Bandung.
Setelah melewati KP3B, gres terpikir, kenapa kondisi tadi tidak saya jepret pakai kamera. Pikiran itu terlintas sesudah dalam benak tiba wangsit untuk menulis dengan judul Perbuatan Tangan-Tangan Tak Bertanggung Jawab. Akh, nasi sudah jadi bubur, perjalanan pulang dilanjutkan dengan melewati jalan arah Nyapah – Petir. Di jalan ini penyesalan tadi malah sedikit terobati. Ternyata, sama, di sepanjang jalan lebih kurang 25 meter (sebelah timur jalan) erat Jembatan Panjang Cicangkring Desa Nyapah Kecamatan Walantaka Kab. Serang, awut-awutan dan bertumpukan juga cangkang kelapa ibarat di Jalan KP3B. Di sinilah saya turun dari kendaraan untuk mengambil gambar. Kebetulan di situ ada seseorang yang sedang membakari sampah-sampah itu dan saya sempat juga bincang-bincang sedikit terkait sampah-sampah itu.
Berikut pemandangan hasil perbuatan tangan-tangan tak bertanggung jawab itu.

Gbr. Sampah kulit kelapa yang gres dibuang di sini

Gambar Suherman Bengkel yang sering membakari sampah-sampah yang menumpuk

Sampah ini akan menumpuk terus jikalau tidak dibakari Suherman Bengkel

Yang dalam karung juga isinya sampah

Suherman Bengkel sedang menyalakan api memperabukan sampah


Di kiri-kanan jalan sampah menumpuk oleh perbuatan tangan tak bertanggung jawab
Bukan hanya itu, saya juga sebelumnya punya koleksi gambar yang menyampaikan adanya perbuatan orang-orang tak bertanggung jawab lainnya, sekalian saja saya gabungkan di sini. Saya rasa ini hanya salah dua contoh, sesungguhnya sungguhlah banyak kalau mau dicari.

Gbr. 8 Identitas Masjid dirusak kata-katanya dan dicopot alamatnya

Gbr. 9 Rambu Jalan dicabut, oleh masyarakat disandarkan di pohon
Gbr. 10 Rambu Jalan Condong alasannya ditekan ke belakang
Dari fenomena itu, terlintas dalam pikiran saya, apakah ini juga merupakan gagalnya pendidikan kita di aspek moral? Untuk gambar fenomena yang kedua, jikalau dipikir-pikir, ngapain juga akomodasi umum (milik dishub) dirusak? Apa untungnya ! Bingung kan? Rasanya mustahil pelakunya anak kecil di siang hari, atau orang-orang tua, ini mungkin pelakunya para usia ABG.
Nah, kalau pelaku fenomena yang pertama, saya sudah tahu pelakunya dari dongeng seorang sopir lintas Sumatra (Jakarta – Sumatra). Sebelum menulis ini, saya habis ngobrol dengan tetangga yang sopir tadi. Ia menyampaikan bahwa sampah-sampah batok kelapa (kulit kelapa) tadi dibawa oleh para sopir yang biasa ngirim barang (kelapa) kepada pedagang di Jakarta atau di tempat lain. Sambil pulang, mereka dititipi pedagang untuk membuangkan sampahnya dengan cara dibayar. Mereka inilah jenis manusianya ternyata. Apakah mereka orang setempat? Belum tentu, bahkan sangat mungkin bukan. Mereka sopir-sopir dari jauh, jauh dari daerah itu. Mereka membuangnya sambil lewat. Pertanyaan saya adalah: apakah mereka tidak berpikir bahwa hal itu sangat merusak lingkungan dan merugikan masyarakat setempat? Sampah yang dibuang sesungguhnya bukan hanya cangkang, akan tetapi ada juga sampah-sampah berair lainnya sehingga menjadikan bau yang tidak sedap. Mbo, ya, jangan sembaranga atuh, Kang Sopiiiir...!
Semoga mereka sadar sesudah membaca goresan pena ini,....namun apa iya mungkin, mereka peduli internet ya !!

0 komentar:

Posting Komentar