Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Selasa, 26 Agustus 2014

Bisa Kaya Melalui Air Mata Ibu . Tiga puluh tahun yang lalu, beliau ialah disebut anak seorang petani juga kurang tepat, walaupun ayahnya kadang bertani. Saya tahu persis waktu itu, ayahnya tukang penjual singkong yang dijual memakai gondeng diangkut memakai sepeda ontel. Ayahnya juga pernah menjadi orang pencari ijuk enau yang dijual kepada bos perajin tambang.

 
Gbr. ilustrasi dari google
Dia ialah sahabat saya ketika masa kecil. Di SD beliau satu kelas dengan saya. Ketika SD, beliau dikenal tukang ngantuk di kelas. Sampai-sampai suatu hari beliau ditinggalkan sendirian di dalam kelas alasannya tertidur, padahal jam berguru waktunya pulang. Selama saya kenal dia, seingat saya beliau orangnya baik. Selama di SD beliau belum pernah berulah macam-macam layaknya bawah umur nakal.
Dia ialah sahabat saya yang berjulukan H. Asnawi. Kini beliau sudah menyandang sebutan haji, mengambarkan sudah menunaikan rukun Islam yang kelima, yaitu naik haji.
Sejak lulus SD kami sudah berpisah dalam arti sudah tidak lagi berteman sebagaimana masih sama-sama sekolah di SD. Nasib kami memang waktu itu berbeda. Dia semenjak lulus SD lari ke kancah mencari uang, sedangkan saya melanjutkan sekolah ke SMP. Pasar Induk Kramat Jati Jakarta menjadi tidak aneh bagi beliau walaupun dalam usia anak-anak. Padahal bagi saya sendiri, kota kabupaten saja belum pernah tahu. Karena itulah kami putus hubungan.
Petualangannya sebagai anak yang mencari makan sendiri, membuatnya semakin sampaumur dan mengerti arti hidup. Namun menurutnya, usaha untuk meraih kesuksesan duniawi, sangatlah sulit dan selalu mengalami jatuh bangun. Berpuluh-puluh tahun di pasar induk tetap saja menjadi tukang kuli atau menjadi pedagang centeng (pedagang eceran modal kepercayaan). Seiring dengan bertambahnya usia, beliau pun menikah. Entah istri yang ke berapa kali beliau menikah dengan orang Sukabumi ini. Kini beliau jadi orang Sukabumi.
Pada suatu saat, rupanya kami sama-sama sedang berada di kampung kelahiran. Kebetulan hari itu hari Jum’at, jadi kami shalat Jum’at di Masjid yang sama. Rumah orang renta beliau dengan orang renta saya agak jauh, tapi jika saya pulang dari masjid, harus melewati rumah orang renta dia.
Sebentar yah, saya dongeng dulu. Makara terpaksa harus muter-muter dulu, heheh.
Ketika shalat Jumat tadi, saya tidak melihatnya padahal beliau duduk di sebelah kiri saya hanya terhalang oleh satu orang. Mata saya gotong royong kurang jelas melihatnya, namun saya tak mengenalinya dan hanya melihat sekilas alasannya maklum dalam kondisi shalat Jumat orang biasanya jarang memandang ke mana-mana. Dia terlihat dari pandangan samping mata saya mengenakan jubah serba putih dan udeng haji. Ternyata beliau sahabat kecil saya.
Ketika saya pulang, saya melewati rumah orang tuanya. Dari kejauhan saya sudah melihat sebuah kendaraan beroda empat avanza warna silver diparkir di pinggir rumah di bawah rimbunya pohon bambu. Pas di depan rumah tersebut terlihat beliau gres saja mau masuk rumah. Ketika mau melepas sandalnya ia menoleh ke belakang ke arah saya berada. Sontak beliau teriak “Joh, masya Allah……lawas temen kita ora kependak, mampir dikit wajib mampir, kita ngobrol sambil ngopi” (Joh, Masya Allah….lama amat kita ga ketemu, mampir dulu wajib mampir, kita ngobrol sambil minum kopi). Tentu saja tanpa disuruh mampir pun saya niscaya mampir jika yang saya lihat beliau sebagai H. Asnawi, alasannya sama saya juga kangen.
Kami berjabat tangan sambil berpelukan erat melepas rasa kangen. Ternyata beliau bersama istrinya dari Sukabumi. Kami masuk, kopi pun dihidangkan oleh istrinya berikut sepiring roti yang dibeli dari warung. Hehehe…kok jadinya kaya cerpen ni ya !!
Kami saling bertukar informasi wacana masing-masing lakon-lakon yang selama ini dijalani. Terlalu panjang jika saya harus uraikan semuanya di sini. Jadi, saya hanya akan mengutip isi dialog yang menyangkut beliau mengenai bagaimana kini beliau menjadi orang berpunya.
Dia kini menjadi orang yang punya di Sukabumi. Usahanya hebat, menjadi pengirim sayur-mayur dari Sukabumi ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dalam skala berton-ton. Menjadi seorang pengirim sayuran modalnya tidak sedikit. Lalu dari mana beliau modalnya sehingga bisa merintis usahanya itu? Rupanya tumbal kesuksesan selama ini gres hari itu dibukakan kepada orang lain, yaitu saya. Sebelumnya, pernah dibuka kepada adik kandungnya yang juga kini sudah menemui fasilitas dalam usaha. Adiknya juga sudah bisa membeli avanza warna hitam dengan cara cash.
Sambil merendahkan nada suaranya beliau agak mendekati saya, kemudian menyampaikan dengan penuh khusu wacana tumbal tadi.
Dia merasa hidupnya selama ini tak pernah ringan. Suatu hari datanglah beliau ke kampung halaman menemui ibunya dengan tujuan curhat securhat-curhatnya. Dia memeluk ibunya curhat dengan penuh nrimo seraya mohon dimaafkan atas segala kesalahannya selama ini kepada ibunya. Tangis haru beliau bisa menciptakan ibunya itu berlinangan air mata. Dengan penuh nrimo dilaplah air mata ibunya dengan sapu tangan miliknya.
Singkat cerita, sapu tangan yang menyimpan air mata ibunya tadi tidak pernah dicuci, akan tetapi dimasukkan dengan rapi ke dalam dompet. Pikirnya, itu akan dijadikan tumbal hidup.
Tak usang sehabis kejadian itu, beliau kedatangan tamu bermobil mengaku dari Jakarta. Tamu suami istri tersebut meminta dicarikan tanah sekian hektar (saya lupa, tapi insya Allah dongeng ini valid) di mana saja terutama tempat Sukabumi. Sempat beliau bingung, alasannya merasa urusan tanah bukan keahliannya, itu urusan para anemer-anemer tanah yang biasanya dalam waktu singkat bisa kaya ketimbang penjual tanah itu sendiri. Dia hasilnya menyanggupi.
Ajaibnya, beliau menemukan fasilitas dalam mencari tanah yang akan dijual. Otomatis beliau pribadi konfirmasi kembali kepada calon pembeli tadi. Dia diberi modal untuk belanja tanah. Belajar bisnis tanah, beliau menerima untung tidak mengecewakan besar untuk ukuran waktu itu. Selain untung dari penjualan, beliau juga diberi pula uang jasa / komisi dari pembeli tersebut. Total jenderal beliau punya uang sebesar 700 juta rupiah.
Dari situ beliau membangun rumah yang cukup glamor untuk ukuran di sana. Sisanya, dipakai untuk bisnis. Menurutnya, mungkin para tetangga dan teman-teman seperjuangan di pasar, mengira bahwa beliau menjadi kaya dengan jalan ingkar (melakukan pesugihan keluar dari jalur agama Islam).
Kini beliau sudah naik haji, menjadi H. Asnawi. “Ya Allah, ampunilah segala dosa dan kekhilafan saya selama ini. Saya pasrah kepadaMu jiwa dan raga Ya Allah. Lancarkanlah perjalanan haji saya. Jadikanlah saya haji yang mambrur. Berilah saya jiwa yang insyaf alasannya Allah. Pulangkanlah saya ke tanah air apabila saya akan hidup lebih baik untukMu. Dan matikan saya di sini apabila saya hanya akan menambah dosa” itulah doa berdasarkan dongeng beliau ketika turun dari pesawat menyentuh tanah Mekah.***
Sahabat, selamat menjalani hari-hari yang penuh berkah. Saya ikut gembira dan bersykur atas karunia yang tercurah kepadamu. Jauh di mata, bersahabat di hati. Walau kita jauh, kita tetap saling do’akan. Semoga saya pun menyusul sepertimu. Bukan masalah sulit bagi Allah untuk mengangkat harkat dan derajat seseorang. Semoga suatu ketika goresan pena ini akan dibaca oleh anakmu yang katanya sudah melek internet itu. Sayang sekali, foto bersama waktu kau cerita, tersimpan di leptop yang sudah di tangan orang dan saya lupa mengambilnya****

0 komentar:

Posting Komentar