![]() |
Joko Widodo (Jokowi) Capres RI 2014 |
Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!
jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..
karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir ☺️☺️☺️☺️
Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900
caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas↑↑
tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya
Kamis, 19 Juni 2014


12 Alasan Mengapa Saya Memilih Jokowi . Tepat jam 21.00 tanggal 19 Juni 2014 sebelum saya berangkat kiprah ronda malam di kampong, saya membuka internet. Langganan saya memang dari dulu yaitu Merdeka.com. Tanpa sadar saya melihat judul gosip menyerupai yang saya jadikan judul artikel di atas. Saya baca hingga tuntas. Isinya persis apa yang sedang bersarang di benak saya yang akan saya tulis juga di blog ini. Namun alasannya yaitu saya sudah 3 bulan lebih tidak pernah update di blog ini selama hari-hari ini sibuk (membangun rumah pribadi, dan kini ngungsi di rumah saudara), maka ide itu tak kunjung sempat saya tulis. Heheh…!!
Tulisan tersebut bisa anda anggap kurang greget, namun justru itulah hal yang apa adanya dan bukan alasan yang diada-adakan demi meraih sobat yang bersimpatik. Saya tidak menambah atau mengurangi isi goresan pena tersebut. Siapakah penulisnya?
Peneliti muda yang juga Direktur Yayasan Denny JA, Novrianto Kahar menulis alasannya menentukan Jokowi. Novri merupakan alumni Pondok Modern Gontor tahun 1996 dan meneruskan kuliahnya di Universitas Al Azhar Kairo hingga tahun 2001. Selanjutnya, Novrianto mengambil jenjang Magister Sosiologi di Universitas Indonesia. Pandangan Novri ini ditulisakan dalam artikel panjang yang Anda bisa nikmati tulisannya di bawah ini:
Ketika berlibur di rumah mertua di Malang pekan lalu, saya menemukan sebagian keluarga bersahabat istri masih cukup terpesona dengan tampilan dan retorika capres nomor urut satu. Saya bisa memaklumi keterpesonaan mereka. Namun begitu, saya merasa terpanggil untuk mengingatkan mereka bahwa capres nomor urut dua akan lebih baik dan maslahat bagi mereka dan bagi Indonesia di lima tahun ke depan. Karena cuma berdialog santai, saya waktu itu belum sempat mengemukakan alasan secara runtut dan rinci. Lewat goresan pena ini, saya ingin menyebarkan alasan kenapa saya, anda, dan rakyat Indonesia perlu mendukung dan menyoblos pasangan capres dan cawapres Jokowi-Jusuf Kalla di Pemilu Presiden 9 Juli mendatang. Berikut 12 alasan saya.
Pertama, Jokowi berprestasi. Anda sanggup periksa ini baik ketika beliau memimpin Solo maupun Jakarta. Saya bertanya ke Pakde saya yang cukup berwawasan dan bermukim di Solo wacana pendapat beliau soal prestasi Jokowi di Solo. Pandaangannya konkret semua, tidak jauh dari apa yang dikata atau dustakan Fadli Zon di layar kaca. Saya tidak tahu prestasi Gubernur Jakarta sebelum Jokowi, tapi dalam waktu singkat 2 tahun, di mata saya Jakarta banyak berubah. Kemacetan memang belum sirna, tapi upaya untuk mengatasinya dengan banyak sekali cara tampak sedang bekerja. Kebanjiran memang masih ada, tapi sungai-sungai daerah air mengadu dan berlalu pun tampak sudah genah. Prestasi yang lebih niscaya sanggup anda tanyakan kepada mereka-mereka yang tersentuh eksklusif oleh kebijakan Jokowi-Ahok di Jakarta.
Kedua, Jokowi itu manusiawi. Jokowi tidak menakutkan dan bukan sosok pemarah. Dia bukan tipe pemimpin yang asal sikat kalau sedang merencanakan sebuah planning kerja. Bila beliau ingin merelokasi pedagang kaki lima, beliau akan ajak mereka bicara. Dia siapkan alternatif-alternatif lahan penghidupan bagi mereka. Jokowi tahu, semua insan sekecil apapun harus dimanusiakan, bukan diperlakukan dengan pura-pura dan semena-mena. Kita sudah usang menyaksikan pemimpin besar kepala yang eksklusif kirim preman atau pentungan demi menggusur rakyat jelata yang ingin mereka tata. Jokowi bukan tipe pemimpin yang menang-mentang menyerupai itu. Dia tipe pemimpin yang mengerti betapa beratnya usaha hidup di kalangan rakyat jelata.
Ketiga, Jokowi tidak atau belum korupsi. Dilihat dari gaya hidup pribadinya, Jokowi tampak akan lebih lapang dada mengabdi dan berbakti. Dia hidup sederhana, dan tidak punya kuda yang kelak harus diurus negara. Mobil dinasnya pun cuma Innova. Apakah ongkos politik kelak mengharuskannya untuk korupsi? Mungkin saja! Tapi kemungkinan itu jauh lebih kecil pada Jokowi dibanding rivalnya. Rivalnya telah usang mengeluarkan ongkos miliaran rupiah untuk beriklan di layar kaca. Mau tahu ongkosnya, coba hitung saja! Satu slot iklan 30 detik di televisi itu minimal harus keluar 20 juta. Anda tinggal kalikan berapa slot sehari dan berapa tahun usang rivalnya mencitrakan diri di layar kaca.
Apakah bukannya Jokowi yang sibuk mencitrakan diri dengan agresi blusukannya? Anda harus ingat, Jokowi memang sempat usang ngiklan gratis di layar kaca, alasannya yaitu dulu beliau memang kekasih media. Sebelum separtisan kini ini, sehari tanpa gosip Jokowi bagi media kita bagaikan belum bersantap dan mandi pagi. Itu alasannya yaitu sang maha rating sangat berkuasa di bisnis media, terutama tivi. Tatkala pertarungan politik dimulai, media-media yang partisan tadi gres sadar betapa bahayanya mempromosikan Jokowi di media mereka. Kini kita melihat, beberapa media yang dulu menjual Jokowi, sedang sibuk membujuk pemirsa untuk tidak membelinya.
Keempat, Jokowi produk reformasi. Bagi pemilih pemula yang tidak mengerti pentingnya reformasi, cobalah bayangkan ini! Anda masih muda, penuh gelora, ingin bebas bersuara. Tapi saban kali menyuarakan keluhan-keluhan hidup anda, anda sangat mungkin ditangkap dan diculik oleh rezim yang berkuasa. Anda tidak bisa sebebas kini menyuarakan kepahitan, kegalauan, kemuakan, dan keputusasaan anda menghadapi keadaan dan sistem politik yang ada. Itulah kurun Orde Baru yang kini kembali dipuja rival Jokowi. Anda perlu mengerti, Jokowi bukan bab dan produk rezim yang anti-kebebasan itu, dan kalau jadi Presiden, jauh kemungkinan beliau akan mengembalikan anda ke kurun jahiliyah itu.
Kelima, Jokowi tegas menjalankan Konstitusi. Ini saya saksikan tatkala beliau mempertahankan kesetaraan kesempatan seluruh warga negara untuk menjadi pejabat publik. Lebih spesifik tatkala beliau tidak sekadar mencari kondusif dan tegas mempertahankan posisi Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine Zulkifli tatkala dipersoalkan pihak-pihak yang tak bahagia dengan status agama dan gendernya. Bersama Jokowi, saya tidak kuatir akan ada warga negara yang disingkirkan dari posisi atau jabatannya alasannya yaitu alasan sentimen-sentimen primordial menyerupai kesukuan maupun agama menyerupai disinyalir Hashim Jayadiningrat terjadi di Kementerian Pertanian baru-baru ini. Saya yakin pada komitmen Jokowi dalam soal ini, lebih yakin dari komitmen abang Hashim sendiri.
Keenam, Jokowi lebih sedikit berjanji. Saya menentukan presiden yang lebih sedikit berjanji alasannya yaitu saya akan lebih sedikit dikecewakan. Lebih dari itu, janji-janji masa kampanye bagi saya tak lebih dari gombal-gombal ketika pacaran. Saya tentu menaruh impian semoga presiden mendatang bisa menciptakan ekonomi kita lebih baik, keamanan lebih terjaga, kebebasan tetap terpelihara. Tapi kalau ada yang berjanji akan mentigakalilipatkan pendapatan saya, saya akan anggap itu angin-angin nirwana dan tipudaya belaka. Seingat saya, Jokowi tidak terlalu banyak menjanjikan hal yang muluk-muluk. Ini berbeda dengan rivalnya yang sangat berani berjanji semoga memikat hati pemilih.
Ketujuh, Jokowi menciptakan anda peduli dan berpartisipasi. Jokowi tidak memberi anda instruksi, tapi anda justru peduli dan tergerak untuk berpartisipasi, bahkan dengan mengorbankan waktu dan materi. Itulah tipikal pemimpin yang bisa memberi inspirasi. Bersama Jokowi, anda peduli bahwa negeri ini perlu berbenah, perlu berubah. Anda suka rela ikut serta berkontribusi demi merawat mimpi perubahan itu. Dengan kepedulian dan partisipasi semacam ini, Jokowi akan berhutang budi kepada anda, bukan kepada penyumbang antah-berantah yang kelak akan akan menggerogoti anggaran negara demi mengembalikan investasi mereka. Jokowi lebih banyak berhutang kepada ketulusan Anda, bukan kepada uang muka proyek yang dijanjikan kepada pengusaha.
Kedelapan, Jokowi anti-diskriminasi. Ini sudah terbukti baik di Solo maupun Jakarta. Bersama Jokowi, anda tak perlu khawatir akan diperlakukan berbeda dan teraniaya alasannya yaitu suku, ras, agama, dan antar-golongan (SARA) anda. Para pendukung diskiriminasi SARA memang tidak akan suka pada Jokowi. Itu bukan dongeng gres dalam peradaban umat manusia. Berada dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan pihak yang banyak memang gampang dan itulah tuntutan demokrasi. Tapi menghargai dan memastikan pihak minoritas tidak terdiskriminasi juga pertanda kematangan dan anti-mentang-mentang dalam iklim demokrasi.
Kesembilan, Jokowi tidak bagi-bagi kursi. Yang ini anda boleh percaya boleh tidak. Soalnya dalam koalisi partai-partai, sangat tidak mungkin tidak terjadi power sharing atau pembagian kekuasaan. Namun, kalau anda buat perbandingan, Jokowi tidak sevulgar rivalnya dalam mengumbar pengkavlingan kekuasaan. Bersama Jokowi, pos-pos kementerian negara lebih mungkin tidak dijadikan lahan bagi-bagi hadiah kepada rekan koalisi. Bersama Jokowi, kita lebih mungkin mendapat Menteri Agama yang tidak mengorupsi dana haji, Menteri Komunikasi dan Informasi yang lebih mengerti urusan informasi-teknologi, Menkoekuin yang tak menciptakan bocor Anggaran Pendapatan Belanja Negara hingga ribuan triliun rupiah. Saya tidak terlalu yakin, tapi lebih mungkin daripada rivalnya.
Kesepuluh, Jokowi belum bernoda. Setahu saya, Jokowi belum punya rekam jejak suram di masa silam. Dia tidak pernah dipecat dari jabatan, atau melarikan diri ke luar negeri demi lepas dari jerat hukum, atau pun memperkaya diri alasannya yaitu berkuasa. Kini ada yang menuduh Jokowi terlibat masalah korupsi bis Transjakarta. Menurut mitra yang andal bidang kajian korupsi, dalam masalah ini, Jokowi bersih! Tapi bagaimana dengan munculnya sosok-sosok yang diduga besar lengan berkuasa punya rekam jejak jelek masa kemudian yang kini menggelendoti Jokowi? Ya, Jokowi sebagaimana kita semua, mungkin saja ternoda. Dalam bahasa fikih, Jokowi mungkin saja ternodai (mutanajjas), tapi dirinya sendiri belumlah bernoda (najis). Ini lebih baik dari beliau yang pada dirinya sendiri yaitu noda dan dikelilingi orang-orang atau kelompok yang memang bernoda.
Kesebelas, Jokowi tidak akan merecoki. Jika anda anak muda yang kreatif dan sedikit usil, yakinlah bahwa Jokowi yang berjiwa rocker tak akan merecoki urusan anda. Sekalipun anda menciptakan parodi wacana dirinya, mencemooh tampang ndeso-nya, atau mungkin ingin mengumpatnya. Saya yakin, Jokowi tak akan gundah, rapopo, dan woles saja. Kebebasan dan kreativitas anda tak akan beliau hambat dan haling-halangi. Karena tidak berkoalisi dengan pihak-pihak yang suka merecoki urusan orang lain, beliau pun lebih mungkin tidak memakai pihak ketiga untuk menggebuk anda. Jika Jokowi menjadi Presiden, Anda tak perlu kuatir berekspresi dengan facebook, twitter, atau media umum lain yang menyinggung-nyinggung dirinya. Saya hakul yakin akan tabiat Jokowi dalam soal ini dibanding rivalnya.
Keduabelas, Jokowi realistis soal ekonomi. Sepanjang yang saya simak dari debat capres putaran kedua 15 Juni lalu, Jokowi tampak tak akan gegabah mengurusi ekonomi. Dia sangat peduli dengan ekonomi sanggup berdiri diatas kaki sendiri dan pemberdayaan wong cilik, tapi beliau juga tidak akan membuai anda dengan retorika-retorika kosong wacana nasionalisasi. Saya merasa iklim investasi kita akan lebih baik dan higienis bersama sosok yang kurang mencemaskan bagi pelaku ekonomi. Saya pun yakin, kebocoran uang negara akan lebih mungkin disumbat oleh Jokowi. Rasanya, beliau bukan tukang tambal ban yang sudah bersekongkol dengan para penebar paku jalananan. Keyakinan saya pada Jokowi dalam aspek ini melebihi keyakinan saya pada retorika rivalnya!
Inilah 12 alasan saya mendukung Jokowi. Semoga ini juga menjadi alasan anda hadirat pembaca. Pendek kata, bagi saya memberi alasan kenapa menentukan ini dan bukan itu yaitu yang pertama, sedangkan siapa sosok presidennya yaitu nomor dua. Sekian dan silakan disiarkan. (skj).
Demikian posting malam sebelum ronda ini, semoga Anda sependapat. Kalau pun tidak sependapat, tetap 1 Indonesia !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar