Kabar Gembira Buat kamu yang ga sengaja kunjungi Blog ini !!!

jarang-jarang kamu bisa nemuin Harga SOUVENIR se Murah ini..

karena ini kami buat sengaja buat kamu yang ga sengaja berkunjung ke Blog kami dengan ulasan kami selain dari ulasan souvenir

Nah buat kamu yang tertarik dengan Harga-harga souvenir kami, bisa langsung hubungi whatsapp kami di 081296650889 atau 081382658900

caranya screenshoot atau sertakan link url souvenir yang kamu minati pada blog ini, kirimkan kepada kami di nomer yang sudah tertera dia atas

tanpa screenshoot atau link blog kami, kemungkinan kami akan memberikan harga jual yang ada pada toko kami yang cenderung lebih tinggi tentunya

Minggu, 05 Juli 2015

Kisah Sunan Bonang Adu Sakti dengan Pendeta Syam . Asal undangan Sumur Srumbung: Sumur Srumbung yang terletak di komplek makam Sunan Bonang Tuban, Jawa Timur, konon punya dongeng yang luar biasa. Sampai dikala ini, banyak orang-orang berziarah ke makam Sunan, merasa ada yang tidak lengkap bila tak mampir ke Sumur Srumbung. 

Makam Sunan Bonang (gbr. dari merdeka.com)
Cerita sumur yang terletak 300 meter dari makam itu, bermula dari langgar kesaktian Sunan Bonang dengan pendeta dari negeri seberang. Pendeta tersebut merasa tertantang dengan kabar kesaktian Sunan Bonang yang masyhur.
“Sunan Bonang semenjak masa mudanya kan populer seantero jagad, hingga luar negeri. Ada pendeta populer entah dari Muangthai atau negeri Syam sana. Pendeta itu juga terkenal, kemudian beliau mendengar keterkenalan Sunan Bonang. Akhirnya beliau ingin mengadu ilmu dan kesaktian”, begitu kata Juru Kunci Makam Sunan Bonang, Abdul Muchith (menurut situs sumber).
Kemudian pendeta tersebut berlayar mencari Sunan Bonang. Bersama beberapa pengawal, beliau membawa bekal perjalanan, dan kitab-kitab sucinya. Kitab-kitab tersebut rencananya akan digunakannya untuk berdebat dengan Sunan Bonang. Namun sesampainya di tengah perjalanan, cuaca seketika memburuk. Guntur datang, langit gelap, hujan deras. Ombak meremukkan bahtera pendeta tersebut. Perahunya karam. Otomatis bekal dan kitab-kitabnya juga tenggelam.
Pendeta itu terdampar ke Pesisir Tuban. Akhirnya pendeta itu bertemu dengan Sunan Bonang.
Dengan merahasiakan identitasnya, Sunan Bonang bertanya kepada pendeta tersebut wacana asal usulnya. Sang pendeta pun bercerita perjalanannya yang mengerikan. Dia menyatakan keinginannya untuk mengadu kesaktian dan ilmu pengetahuan kepada Sunan Bonang.
Sunan Bonang oke dan siap untuk mengadu ilmu namun pendeta itu menolak karena semua kitab-kitabnya telah tenggelam. Dia berjanji bila kitabnya ditemukan beliau siap langgar tanding dengan Sunan Bonang.
Akhirnya Sunan Bonang menancapkan ujung tongkatnya ke tanah. Keluarlah air beserta kitab-kitab pendeta itu. Tentu saja sang pendeta heran, kemudian beliau pun bertanya, wacana siapa orang yang sedang berhadapan dengannya.
Sunan Bonang menjawab-mengatakan bahwa dirinya yaitu murid Sunan Bonang. Pendeta tersebut tidak tahu bahwa yang berbicara dengannya yaitu Sunan Bonang. Jawaban Sunan Bonang malah menciptakan pendeta tersebut gemetar ketakutan alasannya yaitu terkejut murid Sunan Bonang memiliki kesaktian sebesar itu. Pendeta itu berpikir niscaya seseorang yang berjulukan Sunan Bonang punya kesaktian yang lebih tinggi lagi.
Kemudian pendeta tersebut meminta ampun dan meminta biar permohonan maafnya disampaikan pada Sunan Bonang. Selang beberapa usang barulah sang pendeta mengetahui sendiri bahwa perjaka tadi yaitu Sunan Bonang, hasilnya pendeta tersebut meminta biar dirinya diangkat menjadi murid dan masuk Islam.
Kini air yang memancar dari kesaktian Sunan Bonang itu dikenal sebagai Sumur Srumbung. Air tersebut dipercaya para peziarah sanggup menawarkan berkah. Menurut Juru Kunci Makam Sunan Bonang, hingga kini walaupun di tepian laut, airnya tawar. Banyak pengunjung yang tiba mengambil air.
Sumber Referensi : merdekadotcom
Kisah Sunan Kalijaga Merampok Tongkat Sunan Bonang . Nama muda Sunan Kalijaga ialah Raden Mas Syahid. Dia merupakan putra Adipati Tuban yaitu Tumenggung Wilatikta dan Dewi Nawangrum. Raden lahir sempurna di masa Majapahit menghadapi tragedi ekonomi yang parah. Kala itu orang kaya semakin kaya lantaran korupsi, sedangkan orang miskin semakin terpuruk dengan kondisi perekonomian.

Sunan Bonang

Pada karenanya Raden Mas Syahid tetapkan menjadi durjana Loka Jaya. Berandal merupakan perampok atau pengacau. Sedangkan Loka Jaya ialah nama samarannya saat sedang merampok.
"Sunan Kalijaga itu kan orisinil Tuban sini, putra Adipati Tuban. Beliau terkenal dengan sebutan Brandal Loka Jaya. Dulu di sebelah utara Tuban ada hutan lebat yang isinya para perampok. Tapi Sunan Kalijaga malah merampok para perampok, kemudian hasilnya dibagikan ke orang-orang miskin," kata Juru Kunci Makam Sunan Bonang, Abdul Muchith saat ditemui di kompleks makam Sunan Bonang, Tuban, Jawa Timur, Selasa (2/6/2015).
Namun Raden Mas Syahid hanya mau merampok orang-orang elit dan berkuasa saja. Harta orang kaya yang ia rampok tersebut, dibaginya kembali pada masyarakat miskin. Hal itu ia lakukan lantaran ia tidak ingin ada ketimpangan sosial ekonomi yang berkelanjutan. Masyarakat miskin selama itu hanya menjadi budak kalangan kerajaan semata.
Hingga suatu hari nama Sunan Bonang yang terkenal itu, hingga pula pada pendengaran Raden Mas Syahid. Lantas Raden Mas Syahid berpikir Sunan Bonang layak dirampok alasannya ialah tongkat miliknya bergagang emas murni. Kemudian bersama para pengawalnya, Raden Mas Syahid mulai memburu Sunan Bonang untuk merampas tongkatnya.
"Sunan Kalijaga tergiur pada tongkat Sunan Bonang. Tongkatnya kan kepalanya terbuat dari emas. Akhirnya begitu ketemu Kanjeng Sunan Bonang, Sunan Kalijaga meminta tongkatnya," tuturnya.
Kemudian Raden Syahid yang dikenal sebagai durjana Loka Jaya tersebut dengan terus terperinci meminta tongkat Sunan Bonang. Dengan santainya kemudian Sunan Bonang menyampaikan bahwa kalau meminta tongkat hanya lantaran emasnya semata, tak usahlah repot-repot. Ambil saja itu.
"Kanjeng Sunan Bonang menunjuk pohon aren, buahnya pribadi berubah jadi emas," tutur Abdul Muchith.
Raden Mas Syahid terkejut, namun ia malah tidak selera lagi mengambil tongkat bergagang emas milik Sunan Bonang. Dia malah ingin menerima ilmunya. Kemudian ia bertekuk lutut di hadapan Sunan Bonang, ia meminta dijadikan muridnya.
Selang beberapa lama, Sunan Bonang meminta syarat semoga Raden Mas Syahid semoga mau menjaga sebilah bambu. Dia diminta duduk membisu bersila di pinggir sungai menjaga sebilah bambu itu. Posisi duduknya serupa dengan posisi meditasi.
"Sunan Bonang mengambil bambu kemudian menancapkan di tanah. Jangan ke mana-mana kalau saya belum kembali. Hari berganti, minggu, hingga tahun. Bambunya tumbuh lebat sekali, hingga Sunan Kalijaga berada di tengah-tengahnya,"tuturnya.
Raden Mas Syahid yang sudah berniat menjadi murid Sunan Bonang dan berharap hidupnya berubah total, menuruti seruan Sunan Bonang. Sebenarnya Sunan Bonang kala itu memang berniat menghidupkan kembali kesadaran Raden Syahid yang sekian usang terkubur dan tertimbun nafsu dan ego. Sunan Bonang menguji Raden Syahid.
"Akhirnya Sunan Bonang menghampirinya lagi dan menobatkannya menjadi termasuk salah satu wali sembilan. Beliau diberi nama Sunan Kalijaga, kemudian ditugaskan di Demak sana, membantu Sultan Raden Patah," tutupnya.
Semoga bermanfaat
Sumber : merdekadotcom