Kreativitas Hebat Anak Muda yang Menjerumuskan . Ketika aku masih anak-anak, hingga kini pun masih terngiang-ngiang di indera pendengaran ini manakala ibuku mendamprat aku untuk tidak minta uang. “Kaya bisa nyitak uang aja, minta uang lagi, minta uang lagi !!”. Begitu kata-kata itu terlontar dari ekspresi kebanyakan orang bau tanah yang jengkel terhadap anaknya yang sering minta uang jajan sehari-hari. Ternyata, hingga kini pun ungkapan itu masih suka terdengar.
Lucu sekali ungkapan tersebut, bukan? Padahal jikalau disadari, ungkapan itu keliru. Sebab walaupun kita bisa mencetak uang, bukannya bisa jajan ke warung, akan tetapi sudah niscaya kita diseret ke bui. Dihukum 20 tahun penjara. Tidak peduli, mau uang palsu, mau uang orisinil jikalau kita mencetaknya tetap tidak boleh, kecuali Perum Peruri (Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia).
Oleh lantaran itu, walaupun kita andal bisa membuat uang palsu seakan-akan aslinya (KW 1), ya tetap tidak boleh. Kreativitas yang luar biasa ini, tidak sanggup disalurkan diktatorial oleh si pemilik kreatif. Sebab, manakala kreativitas itu disalurkan dengan melanggar Undang-undang, maka konsekuensinya berurusan dengan hukum. Maka, kreativitas sehebat apa pun dalam hal ini mencetak uang, yang didapat bukan penghargaan, namun diri sendiri menjadi sengsara.
![]() |
| ilustrasi |
Seperti yang gres saja terjadi di Bekasi. Abdul Muchit, Suyatman, Umarullah, Usman Ali, Yudi, Hans Willem, Saelan, Susilo dan Sodikin telah memproduksi uang palsu dengan kualitas 1 (KW1), dengan omset cetak 600 juta sebulan dengan 6 orang pengedarnya. Semuanya 15 orang berhasil diringkus Jajaran Reskrim Polresta Bekasi Kota, Jawa Barat.
Para produsen duit tersebut sudah terbilang hebat, alasannya ialah hasil produknya hampir sama dengan aslinya sehingga begitu dites di minimarket memakai alat bisa lolos. Ternyata mereka menghabiskan waktu selama 2 tahun untuk bisa menghasilkan uang sesempurna itu. Sebelumnya katanya gagal terus. Mereka telah menyalahgunakan kehebatan IT-nya ke jalan yang menjerumuskan diri-sendiri. Waduuuh, jangan coba-coba nak, alasannya ialah setiap kejahatan itu suatu ketika akan hancur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar